Tour de East Java, Days 1: Ziarah ke Makam Gus Dur

Cerita dibalik touring ke Jawa Timur

Selamat sore menjelang petang sahabat gaweanedolan, berjumpa lagi dengan saya lewat tulisan ini. Kali ini saya akan menuliskan sedikit cerita saya dan teman saya Ahsan yang melakukan touring dari Semarang ke Jombang, Blitar dan Pacitan. Waktu itu Kamis 14 Februari saya menyempatkan untuk mampir ke kostnya Ahsan dan bersantai disana. Berawal dari obrolan-obrolan ringan, Ahsan pun mengutarakan niatnya yang ingin melakukan ziarah ke Makam Gus Dur motoran alias touring. Yang menjadi masalah adalah dia bingung karena belum menemukan partner yang cocok yang bisa diajak untuk perjalanan jauh. Akhirnya dia pun berpikiran untuk mengajak saya.

Pucuk di cinta ulam pun tiba, saya yang memang saat itu sedang tidak ada kegiatan yang terlalu padat pun menyanggupi ajakan tersebut. Kami putuskan untuk melakukan touring ini pada hari Senin tanggal 18 Februari 2019. Berhubung ini adalah touring pertama saya ke Jawa Timur, saya menyebutnya dengan Tour De East Java hehe. Touring ini kami lakukan selama 3 hari yakni mulai berangkat dari Semarang ke Jombang-Blitar-Pacitan dan kembali lagi ke Semarang. Oleh karena itu saya membagi tulisan ini menjadi tiga bagian. Bagian yang pertama adalah saat di Jombang, baiklah mari teman-teman simak cerita saya.

Tour De East Java: Days 1 (Jombang)

Senin jam 9 pagi diawali dengan bismillah tentunya, Ahsan menggeber motor untuk memulai touring ini. Sesuai rencana kami akan langsung menuju ke Jombang dengan jarak yang akan ditempuh adalah sekitar 273 km dengan waktu kira-kira 7 jam. Tak banyak persiapan yang kami lakukan, hanya kondisi motor yang fit dan perbekalan pakaian dan uang saku untuk membeli makan di perjalanan. Rute yang akan kami lalui dari Semarang menuju Jombang ini adalah Ngaliyan – Gunungpati – Ungaran – Salatiga- Suruh – Karanggede ( Boyolali ) – Gemolong (Sragen) – Ngawi – Madiun – Nganjuk – Jombang.

perbatasan jawa tengah jawa timur
perbatasan jawa tengah jawa timur

Jombang

Selama menuju Jombang tak banyak kendala yang kami alami, alhamdulillah kami bersyukur karena tidak ada masalah yang berarti. Memang sepanjang perjalanan hujan gerimis berganti dengan hujan ringan dan berganti lagi dengan hujan deras setia menemani motor yang kami naiki. Seingat saya kami sampai di Jombang sekira pukul 16.00 dan sempat berhenti untuk solat Asar di sebuah masjid pinggir jalan yang bernama salah satu Jendral di tanah air. Orang Jombang pasti tahu masjid ini. Hujan sudah berhenti, solat pun sudah namun karena seharian di jalan akhirnya perut saya menyerah dan saya ngomong ke Ahsan untuk mencari warung makan di dekat kota. Tercetuslah nama Warung Pecel Bu Djiyah salah satu warung pecel terkenal di Jombang.

Pecel Pincuk Bu Djiyah

Seperti namanya, warung makan Pecel Pincuk Bu Djiyah diambil dari nama pemiliknya Ibu Djiyah. Untuk teman-teman yang sedang berkunjung atau ada rencana ke Jombang saya sarankan untuk mencicipi Pecel Bu Djiyah ini. Banyak foto-footo tokoh terkenal yang pernah makan disini mulai dari artis, ulama, pejabat daerah, pejabat nasional dan sebagainya. Sebagai orang luar kota yang baru pertama kali ke Jombang, rasa pecel ini sudah termasuk istimewa bagi saya. Dengan harga yang ramah di kantong pecel ini cukup membuat kenyang. Mau tahu harganya seporsi berapa? Seporsi pecel Bu Djiyah seharga Rp.12.000 dengan isian nasi, serundeng, rempeyek, turi, kangkung, bayam dan sambal kacang. Teman-teman juga bisa menambah dengan lauk lainnya seperti ayam dan lain-lain. Kemudian untuk teh hangat seharga Rp.4.000. Perut sudah kenyang, kami melanjutkan untuk sholat maghrib di Masjid Agung Jombang.

Masjid Agung Jombang

Masjid Baitul Mukminin atau saya akan menyebutnya Masjid Agung Jombang ini berlokasi di Jl. KH. Ahmad Dahlan, No. 28 Jombatan, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Sama seperti masjid di Jawa pada umumnya, tak terlalu ada yang membedakan Masjid Agung Jombang dengan masjid-masjid di kota-kota lainnya. Seperti kita tahu bahwa kebanyakan masjid agung di Jawa terletak di sebelah barat alun-alun. Hal itupun saya jumpai di Masjid Agung Jombang ini. Selama 30 menit mungkin kami menghabiskan waktu di masjid ini dan melihat sebentar ke alun-alun yang cukup ramai oleh warga. Karena waktu yang kami miliki terbatas, saya tak terlalu banyak mengeksplor masjid dan alun-alun Jombang ini, mungkin di lain kesempatan saya akan berkunjung kembali ke Jombang. Beranjak dari alun-alun dan masjid kami segera menuju lokasi makam Gus Dur.

khafid di masjid agung jombang
khafid di masjid agung jombang

Kompleks Makam Gus Dur

Makam KH. Abdurrahman Wahid yang terkenal dengan panggilan Gus Dur berlokasi di Kompleks Pesantren Tebuireng yakni di Jalan Irian Jaya Tebuireng No.10, Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur 61471. Jika teman-teman pernah berziarah kesini pasti tahu, dan juga bagi teman-teman yang belum pernah kesini jangan khawatir karena aksesnya cukup mudah kok. Tiba di kompleks Makam Gus Dur kami sempatkan untuk beristirahat sejenak dan sembari melihat-lihat aneka souvenir yang dijajakan di jalan depan makam tersebut. Akhirnya saya kepincut dengan sebuah peci yang cukup menarik dan saya membelinya, tak berapa lama kemudian Ahsan pun ikut tertarik membeli. Harga peci disini bervariasi mulai dari Rp15.000-Rp50.000 sesuai dengan model, motif, kualitas dan jenisnya.

souvenir di makam gus dur
souvenir di makam gus dur

Ada hal yang cukup menarik manakala saya berkunjung ke Makam Gus Dur ini, memang benar apa yang saya dengar dari orang-orang bahwa makam Gus Dur ini tak pernah sepi dari peziarah. Meskipun saya kesana tidak saat ramai-ramainya tapi memang peziarah yang datang kesini tidak pernah sepi. Selesai berziarah mata saya tertarik melihat kaligrafi yang ada di dinding dan maket alias rencana pembangunan yang ada disini. Nampak bahwa memang pengelola disini ingin membangun sebuah kompleks terpadu mulai dari pondok pesantren tebuireng itu sendiri, kompleks makam Gus Dur, Universitas Tebuireng, dan Museum Islam Indonesia. Perlu teman-teman sekalian ketahui bahwa makam dari Gus Dur ini adalah satu kompleks dengan makam Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, ada pula makam keluarga yang lain namun saya tidak sempat mengetahui persis siapa saja yang dimakamkan disitu.

salah satu kaligrafi di lorong masuk makam Gus Dur
salah satu kaligrafi di lorong masuk makam Gus Dur

Bermalam di Tebuireng

Ziarah telah selesai dan malam sudah cukup larut, kami putuskan untuk nggembel alias bermalam di sebuah mushola kecil dekat penjual souvenir hehe. Segera saya mempersiapkan diri untuk tidur karena keesokan harinya kami harus pagi-pagi sekali untuk menuju Blitar. Pun demikian dengan Ahsan yang nampak segera tidur untuk mempersiapkan hari esok. Terimakasih Jombang, terimakasih Gus Dur. Alfatihah.

Baca juga: Ziarah Makam Soekarno di Blitar

Pantai Banyu Tibo Pacitan

Sambungan cerita Tour East Java

Siapa tidak tahu Pacitan? Salah satu kabupaten di Jawa Timur ini terkenal karena pantai-pantai dengan pemandangan yang indah serta banyaknya goa-goa yang unik. Menarik sekali bukan jika kita bisa berwisata di Pacitan. Alhamdulillah akhirnya saya berkesempatan mengunjungi Pacitan meskipun hanya sebentar. Sebenarnya ini bukanlah perjalanan yang baru saja saya lakukan, melainkan sambungan cerita saya saat touring East Java bersama Ahsan. Jika di cerita kemarin saya menceritakan pengalaman berziarah ke Makam Soekarno maka di bagian ini saya akan bercerita ketika kami mengunjungi obyek wisata Pantai Banyu Tibo Pacitan.

Foto oleh saya saat melintas di jalanan lintas selatan Pacitan
Foto oleh saya saat melintas di jalanan lintas selatan Pacitan

Dimana lokasi Pantai Banyu Tibo?

Pantai Banyu Tibo berlokasi di Desa Widoro Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan. Pantai ini berjarak sekitar 30 km dari pusat kota Pacitan yang dapat ditempuh dengan waktu kira-kira 1 jam menggunakan mobil ataupun sepeda motor. Berada di ujung barat kabupaten Pacitan, pantai ini menawarkan keunikan tersendiri. Seperti apa keunikannya? nanti akan saya ceritakan.

Pantai Banyu Tibo
Foto oleh Ahsan,Pantai Banyu Tibo

Perjalanan dari Pondok Pesantren Termas ke Pantai Banyu Tibo

Tepat di hari ketiga tour kami di Jawa Timur, diputuskanlah bahwa tujuan kami selanjutnya adalah ke Pantai Banyu Tibo. Meskipun berbekal sedikit informasi tentang pantai ini tak menyurutkan langkah kami untuk kesana. Sengaja kami mengambil waktu perjalanan pagi karena rencananya selepas dari pantai ini kami akan melanjutkan perjalanan untuk pulang ke Semarang tepat pada hari itu juga. Ada satu hal yang tidak saya sadari ketika melakukan perjalanan jarak jauh, motornya kelelahan. Benar saja, motor beat milik Ahsan tidak kuat melewati tanjakan. Jalanan khas lintas selatan yang didominasi tanjakan dan turunan hampir saja mengganjal perjalanan kami. Beruntung saya dan Ahsan bisa sampai ke Pantai Banyu Tibo dengan selamat.

Perjalanan dari Pondok Pesantren Termas ke Pantai Banyu Tibo
Foto Perjalanan dari Pondok Pesantren Termas ke Pantai Banyu Tibo

Apa yang bisa kita nikmati di Pantai Banyu Tibo?

Seperti namanya Pantai Banyu Tibo, pantai ini menawarkan keunikan dimana ada sebuah air terjun yang langsung bermuara ke pantai. Banyu Tibo sendiri adalah sebutan dalam bahasa Jawa, “banyu” yang artinya adalah air dan “tibo” yang berarti adalah jatuh, itulah mengapa pantai ini dinamakan pantai Banyu Tibo. Setibanya di pantai ini kami sejenak melepas lelah sambil memandangi keindahan laut selatan dengan ombaknya yang besar. Sekira jam 9 pagi kami sampai di pantai dan suasana pantai ini masih sepi. Rasanya seperti pantai pribadi. Menurut cerita dari seorang teman saat pantai sedang surut kita bisa berjalan ke arah barat dan kita dapat memasuki wilayah Jawa Tengah. Kalau saja saya dan Ahsan ke pantai ini pagi-pagi buta mungkin kami dapat mencobanya, tapi tidak mengapa mungkin di lain kesempatan kami akan mencobanya.

Untuk bisa turun ke bawah kita harus menuruni beberapa anak tangga dan tangga buatan dari kayu, hati-hati jangan sampai jatuh. Pantai Banyu Tibo memiliki pasir putih yang indah seperti teman-teman bisa lihat foto dibawah ini memperlihatkan keindahan pasir putihnya. Namun pantai ini memiliki garis pantai yang tidak terlalu panjang. Pantai ini diapit oleh tebing-tebing yang berada di sebelah kiri dan kanannya. Harap berhati-hati saat berada di pinggir tebing karena bisa saja teman-teman terjatuh. Saya tidak menyarankan teman-teaman untuk mandi di pantai ya karena tahu sendiri kan ombak pantai selatan sangat besar.

pantai banyu tibo
Foto oleh Ahsan di Pantai Banyu Tibo saat saya menikmati indahnya pantai ini

Bagaimana akses menuju Pantai Banyu Tibo?

Untuk bisa ke pantai ini saya sarankan teman-teman menggunakan kendaraan pribadi seperti motor ataupun mobil. Pun bisa juga kita menyewa travel untuk pergi kesana. Mengapa demikian? karena sejauh yang saya amati ternyata lokasi pantai ini agak jauh dari jalan raya dan masuk ke dalam dan saya tidak melihat angkutan umum yang melewati pantai ini. Bagaimana jika teman-teman yang dari luar kota ingin ke Pantai Banyu Tibo? Gampang saja, teman-teman bisa menggunakan GPS untuk memudahkan akses ke lokasi dan insyaallah tidak akan tersesat. Yang saya ingat, rute ke pantai ini sebenarnya cukup mudah yakni dari jalan utama lintas selatan nanti akan ada jalan masuk ke selatan dan teman-teman tinggal mengikuti jalur tersebut untuk sampai ke lokasi pantai. Untuk tiket masuk ke pantai ini cukup murah yakni Rp5.000,00-.

Fasilitas apa saja yang ada di Pantai Banyu Tibo

Seperti pantai-pantai di Indonesia yang pernah saya kunjungi fasilitasnya hampir serupa. Ada beberapa warung yang siap memanjakan lidah dan beberapa kamar mandi yang dapat digunakan untuk membersihkan badan. Bagi yang beragama muslim disini pun terdapat mushola. Untuk lokasi parkiran mungkin bisa diisi oleh beberapa motor dan mobil karena lokasi parkirannya agak sempit. Tambahan juga, dari jalan aspal kita akan melewati jalan tanah berbatu yang mungkin lebarnya tak lebih dari 3 m. Mobil pun tidak dapat bersimpangan. Namun entah ya sekarang semoga sudah lebih baik aksesnya.

Makan siang di pinggir pantai

Bagi sebagian orang saat berkunjung ke suatu tempat pasti akan mencari khas dari daerah tersebut baik itu berupa makanan, minuman maupun keindahan tempat yang dikunjungi. Begitu pula kami, tak puas rasanya hanya menikmati keindahan pantai tanpa mencicipi makanan khas di Pantai Banyu Tibo ini. Sampai jam 11 siang hanya ada 1 warung yang buka dan kami pun kesana. Tak lama kami memesan salah satu menu yag kata ibu penjualnya adalah sah satu masakan khas yang dijajakan di Pantai Banyu Tibo. Namanya adalah ikan layang. Satu porsi ikan layang goreng plus sambal ditemani dengan sepiring nasi hangat dan kesegaran kelapa muda menambah syahdu suasana makan siang di pinggir pantai. Satu porsi ikan layang plus nasi cukup ditebus dengan uang Rp13.000,00 dan kelapa muda seharga Rp8.000,00, tentu ini adalah harga yang murah bukan?

seporsi nasi hangat dan ikan layang
Foto oleh saya, seporsi nasi hangat dan ikan layang

Pulang ke Semarang

Matahari sudah meninggi seakan memberi isyarat kepada kami untuk bersiap meningalkan Pantai Banyu Tibo dengan segala ketenangannya. Selesai berbenah dan membersihkan diri kami pun perlahan meninggalkan Pantai Banyu Tibo. Panas yang menyengat berubah menjadi mendung yang seolah ingin mengiringi kepulangan kami ke Seamarng. Sampai jumpa Pacitan, suatu saat aku akan kembali lagi.

Perjalanan pulang ke Semarang

Tips saat melakukan touring

Rencanakanlah liburanmu dengen baik, mungkin itu salah satu tips dari saya setelah mendapat pengalaman berharga saat melakukan perjalanan jarak jauh. Periksa kendaraan apakah dalam keadaan yang siap diajak touring atau tidak jangan sampai kejadian rem blong atau sebagainya terjadi. Istirahat yang cukup baik diri kita maupun kendaraan yang kita naiki, jangan sampai seperti saya yang motornya mengalami kelelahan. Nah itulah tadi adalah sedikit tips saat melakukan touring ke luar kota yang insyaallah sangat berguna. Sampai disini dulu cerita saya tentang Pantai Banyu Tibo Pacitan. Nantikan cerita saya selanjutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Salam gaweanedolan

Baca juga: Ziarah ke Makam Soekarno di Blitar

Ziarah ke Makam Soekarno di Blitar

Hai selamat pagi sobat gaweanedolan. Senang sekali rasanya saya masih bisa berbagi cerita, berbagi informasi, berbagi tips saat berwisata/traveling ke suatu tempat. Di pertengahan bulan Februari yang lalu seperti yang telah saya tulis di perjalanan saya dan seorang teman, Ahsan namanya kami melakukan perjalanan darat dari Semarang menuju ke Jombang. Dan setelah dari Jombang kami ke Blitar, ziarah ke makam Bapak Soekarno. Silakan dibaca dan selamat menikmati.

Sejarah Makam Soekarno

Makam Soekarno adalah makam Presiden Republik Indonesia yang pertama yakni Ir. Soekarno. Makam Soekarno diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 12 Juni 1979. Dan kemudian dibangunlah museum didekat Makam Soekarno. Museum ini diresmikan oleh Presiden Indonesia saat itu yakni Ibu Megawati Soekarno Putri pada 3 Juli 2004. Sejak diresmikan sampai sekarang tempat ini selalu ramai pengunjung apalagi saat musim liburan panjang. Makam dan Museum Soekarno selain sebagai wisata rohani juga bisa menjadi wisata edukasi bagi pengunjung.

Dimana letak Makam Soekarno?

Makam Soekarno terletak di Jalan Ir. Soekarno Desa Bendogerit Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Karena lokasinya yang berada di tengah kota maka tak sulit untuk mencarinya. Makam Soekarno ini hanya berjarak sekitar 2,7 km dari pusat kota/alun-alun Kota Blitar yang dapat ditempuh tak kurang dari 10 menit.

Berapa tiket masuk ke Makam Soekarno?

Pada hari Selasa tanggal 19 Februari 2019 lalu saya dan Ahsan berkunjung ke Makam Soekarno di Blitar dan membayar tiket masuk masing-masing Rp.3.000. Memasuki bangunan Museum dan Makam Soekarno kita disambut oleh patung beliau yang sedang duduk di atas kursi. Kemudian museumnya ada di sebelah kiri dari patung tersebut. Karena tujuan awal kami adalah untuk berziarah dahulu maka kami ke makam Bung Karno dulu. Oh iya tiket tersebut adalah untuk ke makam, kalau ke museumnya gratis.

Di belakang saya adalah Makam Soekarno

Apa yang ada di Makam Soekarno

Di depan kompleks makam Bung Karno ini ada sebuah gapura yang memandakan kalau itu adalah pintu masuknya. Kemudian di sebelah kiri gapura ada sebuah masjid atau mushola yang bisa digunakan untuk beribadah peziarah. Kemudian di sebelah kanan gapura ada gazebo yang bisa digunakan pengunjung untuk beristirahat sejenak melepas lelah. Di area makam terdapat beberapa pohon yang menambah asri tempat tersebut.

Gapura pintu masuk ke Makam Soekarno

Museum Soekarno

Begitu selesai ziarah, saya dan Ahsan sempat melihat aneka souvenir yang dijual di dalam kompleks Makam dan Museum Soekarno ini. Ada berbagai macam gantungan kunci, gelang, dan pernak-pernik lainnya. Sebenarnya ada niatan untuk membeli, ah sayang saat itu dompet sedang menipis ehehe. Puas melihat aneka souvenir, kami sempatkan untuk masuk ke museum.

Aneka souvenir yang ada di kompleks Makam dan Museum Soekarno

Ada apa saja di Museum Soekarno ini?

Museum Soekarno

Bagian I

Memasuki museum saya langsung menuju ke bagian resepsionis untuk mengisi buku tamu. Di bagian pertama museum ini ada barang koleksi pribadi dari Soekarno. Ada lukisan Soekarno yang terkenal karena keunikannya. Konon katanya lukisan ini matanya bisa bergerak ke kiri ke kanan. Entah, saat saya kesana saya malah belum tahu hal ini. Dan saya baru tahu kalau lukisan tersebut katanya matanya bisa gerak-gerak karena diberitahu oleh teman. Oke lanjut ya, kemudian di museum ini teman-teman bisa menjumpai sebuah bendera Merah Putih yang dijahit oleh Ibu Fatmawati. Kemudian ada sebuah foto Soekarno saat sedang sungkem kepada ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Ada pula koleksi uang kuno Indonesia bergambar Soekarno. Ada pula koper beliau yang terbuat dari bahan kayu dengan frame besi dimana koper ini digunakan saat beliau dipenjara.

Disini nampak ada lukisan dan barang-barang peninggalan Soekarno

Bagian II Ruang Foto-foto, lukisan dan hal yang berkaitan dengan Soekarno

Di sini terdapat foto dari Soekarno muda sampai dengan foto beliau tua. Ada pula koleksi replika rumah-rumah beliau saat diasingkan. Ada pula gelar-gelar Doktor Honoris Causa yang pernah diraih oleh Soekarno dari beberapa universitas baik dari lyar negeri maupun dalam negeri. Ada pula foto saat Soekarno sedang menjalankan haji entah saya lupa tahun berapa hajinya.

Disini ada berbagai foto dan lukisan bergambar Soekarno

Bagian III Buku-buku dan Filateli Soekarno

Tak banyak yang saya lihat disini, karena saya langsung segera meninggalkan museum ini. Namun disini kita bisa melihat banyak oerangko yang bergambar Soekarno dan beberapa koleksi buku yang dimiliki beliau.

Bunyi Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Meninggalkan Blitar

Meski hanya sebentar di Blitar, saya tetap bisa menikmatinya. Berziarah ke makam seorang Founding Father bangsa ini dan mengunjungi museumnya membuat saya sadar bahwa betapa pentingnya bagi kita untuk tahu dan mengambil hikmah dari setiap perjuangan pendiri bangsa ini.

“Jangan Sekali-kali melupakan Sejarah”

Salam Gaweanedolan

Baca juga: Telaga Sidringo, Ranu Kumbolo dari Tanah Jawa Tengah

Telaga Sidringo, Ranu Kumbolo dari Tanah Jawa Tengah

Dimana letak Telaga Sidringo?

Mendengar nama Telaga Sidringo mungkin masih agak asing bagi sebagian orang awam, tapi tidak bagi orang-orang yang suka akan kegiatan alam, orng-orang yang menyukai kegiatan outdoor, ataupun orang-orang yang suka berburu foto landscape atau yang sekdar suka traveling. Beruntung saya berkesempatan untuk mengunjungi Telaga Sidringo ditemani partner saya yang sudah tidak asing lagi yakni Taufik dan Fela. mereka beberapa kali pernah dan sering saya ajak untuk melakukan kegiatan luar ruangan, atau kadang sebaliknya saya yang diajak oleh mereka. Nah tak perlu berlama-lama, saya akan bercerita perjalanan saya telaga ini.

Sudah penasaran atau belum dimana letak Telaga Sidringo? Telaga ini terletak di perbatasan Kabupaten Batang dengan Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah tepatnya di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang dan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Kawasan wilayah Telaga Sidringo ini berdekatan dengan Kawah Candradimuka Dieng.

kami berdiri di camp area telaga sidringo
kami berdiri di camp area telaga sidringo

Seperti apa keindahan Telaga Sidringo?

Telaga Sidringo ini adalah sebuah cekungan alami yang berada di ketinggian dan masih termasuk Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Dari beberapa sumber, ketinggiannya ini sekitar 2.222 mdpl. Karena berada di ketinggian, tempat ini menawarkan kesejukan bagi siapapun yang datang kesini. Ditambah lagi, telaga ini dikelilingi oleh bukit-bukit nan hijau sehingga sangat memanjakan mata dan tak akan bosan memandanginya. Kemudian, kenapa telaga ini diberi nama Telaga Sidringo? Dinamakan demikian karena di sekitar telaga banyak dijumpai tanaman Dringo yang tumbuh secara alami disana.

Beberapa orang mengatakan kalau telaga ini mirip dengan Danau Ranu Kumbolo yang ada di Gunung Semeru kabupaten Lumajang Jawa Timur. Setelah saya kesana ternyata memang ungkapan tersebut bukan isapan jempol belaka, karena telaga ini mirip dengan Ranu Kumbolo sehingga pantas kalau dijuluki Ranu Kumbolo-nya Jawa Tengah.

tak hanya mirip dengan Ranu Kumbolo, kalian juga akan menikmati indahnya sabana yang tumbuh subbur disini. Saat musim hujan sabana tersebut akan sangat indah dengan warna kehijauannya. Saat muisim kemarau pun tak kalah indah, sabana tersebut nampak berwarna kuning kecoklatan.

Taufik saat menikmati keindahan Telaga Sidringo
Taufik saat menikmati keindahan Telaga Sidringo

Bagaimana akses ke Telaga Sidringo?

Seperti yang sudah saya katakan di atas bahwa telaga ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Batang dengan Kabupaten Banjarnegara sehingga telaga ini dapat diakses dari dua wilayah tersebut. Untuk akses kesini memang jalannya tidak mulus alias masih agak jelek. Jalan untuk menuju kawasan ini berupa aspal yang sudah rusak dan medan yang dilalui menanjak khas pegunungan sehingga sebelum kesini pastikan motor atau mobil yang kalian naiki bisa diajak untuk nanjak.

Bagi teman-teman yang ingin mengunjungi Telaga Sidringo lewat Banjarnegara, mudah sekali unuk sampai kesini. Jika kalian sedang berada di Kawasan Dieng sempatkanlaah untuk mampir ke Telaga Sidringo ini karena jaraknya yang tidak terlalu jauh hanya sekitar 10 menit sudah sampai ke telaga ini dan papan petunjuknya pun sudah jelas. Untuk mudahnya,ambil saja arah ke Kawah Candradimuka dan naik sedikit maka akan sampai ke telaga ini.Adapun bagi teman-teman yang ingin lewat Batang, kalian dapat mengambil arah ke Sikembang dan kemudian mengambil arah ke telaga Sidringo karena memang kalau dari SIkembang jaraknya sudah tiadk terlalu jauh.

Lalu saya sendiri lewat mana saat ke telaga ini? Baiklah, karena rumah saya Kendal maka saya harus mengambil jalan yang paling cepat untuk bisa sampai ke Telaga Sidringo. Pilihan jatuh pada jalan lintas Kecamatan Bawang, Kab. Batang-Kecamatan Batur, Kab. Banjarnegara. jalanan dengan medan yang sangat menanjak dengan lebar hanya sekitar 3-4 meter. Sebagian besar jalan ini sudah bagus namun ada beberapa titik yang masih belum diperbaiki dan sangat rusak berat. Semoga di tahun-tahun mendatang ada perhatian dari pemerintah untuk melakukan perbaikan total sehingga jalan ini dapat dilewati secara maksimal mengingat jalur ini sangat strategis bagi kedua kabupaten ini.

Fela di telaga sidringo
Fela di telaga sidringo

Kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di Telaga Sidringo?

Bagi kalian yang punya waktu yang agak longgar, cobalah untuk melakukan camping disini. Pilihlah hari-hari yang tepat sehingga bisa menikmati indahya malam bertabur bintang dengan gugusan milkiway yang begitu mempesona. Saya rasa di camp area Telaga Sidringo bisa menampung sekitar 20 tenda. Sedangkan bagi teman-teman yang tidak punya banyak waktu, kalian bisa menikmati keindahan pemandangan yang disuguhkan di kawasan Telaga Sidringo ini. Ada menara pandang yang dapat digunakan untuk melihat telaga dari atas. Kemudian kalian juga bisa turun untuk mendekati telaga dan bermain air, namun tidak disarankan untuk manndi disana ya.

Berapa tiket masuk ke Telaga Sidringo?

Waktu itu saya bersama Taufik dan Fela berkunjung ke Telaga Sidringo pada tanggal 5 Februari 2019 kami membayar Rp.10.000 untuk parkir dan tiket masuk, cukup murah bukan? Rp.10.000 untuk bertiga hehe. Adapun fasilitas yang ada disini masih minim sekali seperti kemarin kamar madninya rusak dan tidak terurus dengan baik, namun saya optimis tempat ini akan mendapat perhatian yang lebih dari masyarakat dan pemerintah setempat. Ya paling tidak akses jalan untuk ke telaga ini bisa diperbaiki.

taufik saat di sabana telaga sidringo
taufik saat di sabana telaga sidringo

Tips saat berkunjung ke Telaga Sidringo

Sebenarnya tidak ada tips khusus saat berkunjung ke telaga ini. Yang perlu diperhatikan adalah tadi soalmotor atau mobil yang digunakan harus dalam kondisi prima. Ada baiknya saat datang kesini membawa peralatan kamera yang maksimal agar dapat mengeksplor keindahan telaga ini sepenuhnya. Kemudian bawalah makanan dan air minum saat berkunjung karena saat itu saya kesana hanya ada satu penjual makanan yang ada di sekitar telaga. Selanjutnya, bawalah jas hujan ketika datang kesini saat musim penghujan karena curah hujan disini tinggi. Yang perlu diperhatikan lagi adalah saat kalian datang pas sedang musim kemarau, hati-hati jangan menghidupkan api sembarangan karena sabana yang kering mudah terbakar. Terakhir, tetap jaga kelestarian alam Telaga Sidringo yang masih asri. Jangan membuang sampah sembarangan, karena sampah adalah problem kita bersama. Selamat mengeksplor Telaga Sidringo, Have a Nice Day.

saya di telaga sidringo
saya di telaga sidringo

Salam Gaweaanedolan.

Baca juga: Pendakian Gunung Prau via Patak Banteng

Mendaki Gunung Prau Via Patak Banteng

Sekilas Gunung Prau

GunungĀ Prau merupakan salah satu gunung yang cukup ramai diminati oleh pendaki, baik kalangan pendaki pemula maupun profesional. Gunung yang menawarkan sejuta keindahan ini memang tidak ada habisnya untuk dieksplor. GunungĀ  yang bisa dibilang instagramable untuk anak milenial. Nah kali ini saya ingin bercerita bagaimana keseruan saya saat mendaki Gunung Prau via Patak Banteng. Seperti apa ceritanya? Mari teman-teman simak.

Pemandangan di puncak Gunung Prau, terlihat Gunung Sumbing, Sindoro, Merapi, Merbabu, Telomoyo
Pemandangan di puncak Gunung Prau, terlihat Gunung Sumbing, Sindoro, Merapi, Merbabu, Telomoyo (Foto oleh saya)

Jalur pendakian Gunung Prau

Gunung Prau memiliki beberapa jalur pendakian. Adapun yang saya ketahui adalah Jalur pendakian Gunung Prau via Dieng, Jalur pendakian Gunung Prau via Kalilembu, Jalur pendakian Gunung Prau via Patak Banteng, Jalur pendakian Gunung Prau via Wates, jalur pendakian Gunung Prau via Dwarawati, Jalur pendakian Gunung Prau via Igirmranak, Jalur pendakian Gunung Prau via Kenjuran. Menurut saya, jalur pendakian yang paling ramai adalah via Patak Banteng.

Mendaki Gunung Prau

Gunung Prau adalah termasuk gunung dengan ketinggian yang tidak begitu tinggi, yakni hanya 2565 mdpl. inilah yang membuatnya tidak terlalu lelah ketika mendaki kesini. Di puncak Gunung Prau terdapat tapal batas yang menunjukkan perbatasan antara Kabupaten Kendal, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Batang. pendakian ke Gunung Prau paling cocok dilakukan saat musim panas. Mengapa demikian? Karena saat itu cuacanya cerah dan kita bisa mendapatkan view yang bagus. Selain itu, ada yang perlu temanteman ketahui bahwa pendakian Gunung Prau ditutup pada bulan Januari hingga awal bulan April. Hal ini bertujun untuk pemeliharaan ekosistem disana.

Jalur Pendakian Gunung Prau Via Patak Banteng

Basecamp Patak Banteng terletak di Jalan Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Kebetulan waktu itu saya datang kesana pada bulan April 2017 tepatnya tanggal 8-9, satu minggu setelah pendakian pertama saya di Gunung Sumbing Via Garung. Basecamp Patak Banteng letaknya cukup strategis sehingga tidak cukup sulit untuk bisa kesini. Saat saya datang kesana, rupanya banyak pula pendaki lain yang juga berniat untuk mendaki Gunung Prau. Maklum sat itu adalah hari adalah pembukaan kembali pendakian Gunung Prau setelah sebelumnya ditutup selama 3 bulan. Ditambah saat itu adalah Sabtu malam Minggu sehingga ramai pengunjung. Sampai di basecamp saya dan Sandi istirahat sebentar sembari menunggu kedua temannya yang belum datang. Selang sekira satu jam kemudian datanglah kedua temannya tersebut.

Basecamp Patak Banteng
Basecamp Patak Banteng

Fasilitas dan Registrasi

Di Basecamp Patak Banteng ini fasilitasnya sudah cukup baik, sama halnya dengan basecamp-basecamp gunung lainnya. Ada toilet,tempat ibadah, warung makan, tempat penjualanan souvenir dan lain sebagainya. Setelah melakukan registrasi sebesar Rp 10.000 dan menata kembali perlengkapan yanng dibutuhkan, kami bersiap memulai pendakian. Perlu diketahui oleh teman-teman bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke puncak adalah berkisar antara 2-3 jam.

Baca juga Pendakian Gunung Sumbing

Memulai Pendakian (Basecamp-Pos 1)

Kami berangkat dari basecamp sekira pukul 14.00 WIB. Adapun rute yang dilalui pertama adalah melewati rumah penduduk kemudian memasuki kebun warga. Mulai dari rumah penduduk sampai kebun warga, jalan yang kami lalui adalah berupa anak tangga yang lumayan membuat naapas ngos-ngosan. Lanjut lagi setelah itu kami melewati jalana yang agak lebar dan menanjak. Kemudian sampailah kami di Pos 1 (sikut dewo). Disini kami istirahat sebentar sembari melihat pemandangan alam khas dieng. Waktu yang dibutuhkan dari basecamp sampai ke Pos 1 kurang dari setengah jam.

Pos 1-Pos 2 (Canggal Walangan)

Kami meningggalkan Pos 1 untuk selanjutnya menuju ke Pos 2. Saat mendaki, saya banyak berpapasan dengan pendaki dari luar kota maupun luar daerah. Dalam perjalanan ke Pos @ terdapat warung-warung warga yang menyediakan aneka makanan berupa nasi, buah-buahan, gorengan dan air minum tentunya. Setelah beberapa saat kemudian, sampailah kami di Pos 2 (Canggal Walangan). Seperti trek sebelumnya yakni dari basecamp ke Pos 1, trek dari Pos 1 ke Pos 2 tak jauh berbeda bahkan cenderung lebih menguras tenaga.

Pos 2-Pos 3 (Cacingan)

Sama halnya pos sebelumnya, Pos 2 menuju ke Pos 3 pun tak jauh berbeda. Seingat saya trek dari Pos 2 menuju ke Pos 3 adalah tanah berupa anak tangga. Kadang kalau banyak yang mendaki, kita harus antri dengan pendaki lainnya untuk akses naik dan turun. Dari atas sini Telaga Warna nampak terlihat indah dari kejauhan. Selang beberapa saat kemudian kami sampai di Pos 3. Kami berhenti dan beristirahat.

Pos 3- Camp Area

Perjalanan dilanjutkan, saat itu hari sudah senja dan kami menyalakan senter yang dibawa. Dari Pos 3 menuju ke Camp Area kita akan melewati trek tanah yang agak miring dengan akar-akar yang menghiasi. setelah berjalan dan istirahat beberapa kali akhirnya kami sampai di Camp Area. Kami disini mendirikan tenda dan memasak mi dan membuat kopi. Sama halnya dengan pendakian saya di Gunung Sumbing, saya pun masih merasa kedinginan dan tidak bisa tidur.

Bendera PSHT di Gunung Prau
Bendera PSHT di Gunung Prau

Sunrise di Gunung Prau

Sudah menjadi rajasia umum bahwa salah satu pesona dari Gunung Prau adalah pemandangan sunrisenya. JIka cuaca sedang baik, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbinng akan terlihat sangat indah dari puncak Gunung Prau. Begitu pula saya, saya tidak ingin melewatkan kesempatan langka untuk bisa melihat sunrise tersebut. Beruntung, pagi hari cuacanya sedang cerah dan saya bisa menyaksikan keindahan sunrise di Gunung Prau dan melihat indahnya Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Selepas puas berfoto-foto, saya dan teman-teman kembali ke tenda untuk sarapan. Setelah agak siang, kami beres-beres dan bersiap untuk turun ke basecamp. Sekitar jam 9 kami turun dengan badan yang sudah capek dan pegal, apalagi Sandi yang saat mendaki kemarin membawa 2 tas haha.

Sunrise Gunung Prau
Sunrise Gunung Prau

Estimasi Biaya Mendaki Gunung Prau via Patak Banteng

Biaya yang saya keluarkan saat mendaki Gunung Prau via Patak Banteng adalah sebagai berikut:

  1. Bensin Rp.50.000,00 untuk PP Semarang-Dieng (dibagi 2 karena saya boncengan sama Sandi).
  2. Perbekalan Rp.70.000 untuk membeli mie instan, roti tawar, air mineral, susu sachet, kopi sachet, madu, snack(ini juga dibagi 2 sama Sandi).
  3. Biaya registrasi pendakian Gunung Prau via Patak Banteng sebesar Rp.10.000 per orang.
  4. Biaya parkir sepeda motor sebesar Rp.10.000
  5. Biaya lain-lain sebesar Rp.10.000.

Jika ditotal biaya yang saya keluarkan selama mendaki Gunung Prau via Patak Banteng tidak sampai Rp.100.000. Begitulah cerita saya mendaki Gunung Prau via Patak Banteng, salah satu gunung yang berkesan bagi saya. Terima kasih telah membaca tulisan yang semoga bisa bermanfaat ini, namun ini bukanlah rujukan utama dalam informasi pendakian Gunung Prau via Patak Banteng karena pasti ada informasi terbaru lainnya. Sehingga teman-teman tetap harus mengupdate informasi terbaru. Nantikan lagi cerita saya selanjutnya. Terimakasih.