Membayar janji: Bersepeda dari Kendal ke Yogyakarta

Kilas Balik

Selamat pagi sobat Gaweanedolan. Senang rasanya saya kembali bisa menulis cerita tentang perjalanan saya. Setelah merenung dan memikirkan kembali hakikat apa sebenarnya tujuan saya membuat blog ini adalah untuk menceritakan ulang bagaimana yang saya alami dan apa yang saya rasakan dalam sebuah perjalanan. Memang selama saya tidak menulis ini, sudah banyak materi yang harus saya tuliskan. Ok langsung saja saya akan menceritakan tentang pengalaman yang sangat berharga bagi saya yakni bersepeda dari Kendal ke Yogyakarta.

Bersepeda dari Kendal ke Yogyakarta


Bermula dari sebuah janji pada diri saya sendiri dan Tuhan bahwa kalau saya lulus kuliah saya mau bersepeda dari Kendal menuju Yogyakarta. Niatan ini pun bak gayung bersambut manakala saya mengajak seorang kawan yang dulu pernah melakukan perjalanan dari Kendal menuju Yogyakarta. Namanya adalah mas Afif, usianya sudah 40 an dan hampir dua kali usia saya. Sebenarnya saya bisa melakukan perjalanan ini sendiri namun karena jika dipikir-pikir alangkah lebih baik jika saya memiliki partner apalagi ini perjalanan jauh.

Eksekusi Bersepeda dari Kendal ke Yogyakarta

Setelah saya lulus apakah saya langsung mengeksekusi rencana saya untuk bersepeda? Ternyata waktu berkata lain, saya harus menunggu sampai 2 bulan dari kelulusan saya untuk mewujudkan mimpi saya. Saya lulus pada Maret 2018 dan baru bisa mewujudkannya pada Mei 2018. Baiklah ini ceritanya, Sabtu 5 Mei 2018 pagi saya mengayuh sepeda saya dari rumah menuju Kaliwungu karena inilah titik start perjalanan dimulai. Sampai disana ternyata mas Afif saya sudah menunggu. Ok, sembari mengecek kembali kondisi sepeda dan batang yang dibawa kami berfoto di masjid Kaliwungu sebagai bukti sejarah, hehehe. Perjalanan dimulai, dalam prinsip bersepeda jarak jauh yang harus diperhatikan adalah mengenai kondisi tubuh yang prima dan kematangan mental karena perjalanan jauh bukan hanya soal tenaga tapi juga kesabaran dalam menghadapi segala permasalahan yang bak ditemui.

masjid kaliwungu
titik start dimulai di masjid kaliwungu

Simpang Lima Semarang

Benar saja, baru beberapa ratus meter kami mengalami kendala. Sepeda mas Afif saya mengalami masalah di roda belakang dan membuat kami harus mencari bengkel terdekat dan setelah satu jam akhirnya masalah terselesaikan. Perjalanan kembali dilanjut, jam menunjukkan pukul 8 pagi. Titik berhenti yang pertama adalah di Simpang Lima Semarang. Disana kami beristirahat sambil melihat pemandangan perkotaan, maklum karena saya orang kampung hehe.

simpang lima
simpang lima

Beristirahat di Pom Bensin Gombel

Kembali melanjutkan perjalanan kami pun menyusuri jalanan khas Semarang yang ramai dan disini kami mulai merasakan jalanan yang mulai menanjak. Tanjakan yang bisa dibilang paling berat di Semarang adalah di Gombel karena tanjakannya cukup curam dan panjang. Cukup menguras tenaga. Akhirnya tanjakan Gombel terlewati dan kami istirahat di Pom Bensin setelannya, jam menunjukkan pukul 10. Tak mau berlama-lama disini kami bergegas kembali mengayuh pedal meskipun cuacanya sangat panas waktu itu tapi tak menyurutkan semangat.

mas afif sedang istirahat di pom bensin Gombel
mas afif sedang istirahat di pom bensin Gombel

Memasuki Ungaran Kabupaten Semarang

Sepeda berjalan hingga akhirnya kami memasuki Ungaran dan kami sempatkan berhenti untuk mengabadikan momen ini sembari mengatur nafas dan melemaskan kaki yang sudah pegal tentunya. Perjalanan dilanjut, tak mau kalah dengan Gombel, hampir sebagian besar jalanan Ungaran pun juga full tanjakan yang membuat kami harus pintar-pintar mengatur napas dan irama mengayuh sepeda.

Ungaran, kabupaten Semarang
Ungaran, kabupaten Semarang

Ambarawa, Jambu, Pringsurat, Secang

Ungaran berhasil dilalui saat jam sudah menunjukkan pukul setengah dua dan waktu itu kami memasuki Ambarawa. Kami memutuskan berhenti di masjid untuk sholat dhuhur dan istirahat sebentar. Trek jalanan Jambu sudah menunggu untuk dilewati. Trek ini pun lagi-lagi tak mau kalah karena tanjakannya melebihi tanjakan Gombel.
Perjalanan dilanjutkan, dengan sisa-sisa tenaga kami terus mengayuh pedal dan sampailah kami di Jambu (kab. Semarang) yang benar-benar membuat kami geleng kepala. Dengan susah payah kami mengayuh dan Alhamdulillah Jambu terlewati. Setelah melewati Pringsurat akhirnya kami sampai di Secang saat jam sudah menunjukkan pukul empat sore dan kami tetap mengayuh untuk menuju titik pemberhentian di alun-alun kota Magelang.

Magelang

Maghrib tiba dan kami sholat untuk selanjutnya menuju ke makam Syekh Subakir di Gunungpring Magelang. Jaraknya sekitar setengah jam dari pom bensin tempat kami sholat. Hampir setengah delapan kami sampai di Gunungpring dan kami menyempatkan untuk ziarah disana.
Selepas ziarah perjalanan dilanjutkan dan Yogyakarta sudah semakin dekat ye ye ye. Benar saja sekitar jam sembilan malam akhirnya kami sampai di perbatasan Jawa Tengah dengan Yogyakarta.

alun alun kota magelang
alun alun kota magelang

Sampai di Yogyakarta

Alhamdulillah misi berjalan lancar dan janji itu terbayarkan. Misi bersepeda dari Kendal ke Yogyakarta telah tercapai. Terimakasih Tuhan terimakasih mas Afif karena telah menemani saya menjadi partner dalam perjalanan ini. Karena perut lapar kami pun melanjutkan perjalanan untuk mencari makan dan kemudian berhentilah kami makan di warung pinggir jalan sambil istirahat. Disana kami memilih akan kemana setelah itu, sebenarnya saya tertarik ke Gunungkidul namun melihat medan yang penuh tanjakan keinginan itu saya urungkan dan mas Afif menyarankan untuk ke Parangtritis saja. Well, itu pun tak masalah.
Perjalanan dilanjutkan dan sampailah kami di Bantul, kami langsung mencari mushola terdekat dan kami tidur disana, maklum gembel jadi tidur sembarangan. Di saat-saat tidur saya kerap bangun entah karena apa sehingga membuat saya merasa belum cukup namun jam sudah menunjukkan pukul 2 dinihari dan kami harus menuju ke Parangtritis.

Gapura perbatasan Jawa Tengah dengan Yogyakarta
Gapura perbatasan Jawa Tengah dengan Yogyakarta

Pantai Parangtritis

Dengan badan yang masih lelah, mata yang masih mengantuk, badan yang masih setengah sadar ditambah udara dingin membuat saya merasa malas namun saya kembali tersadar bahwa ada misi yang harus diselesaikan, ya, Pantai Parangtritistis im coming.
Bagi mas Afif sendiri perjalanan ini mungkin adalah perjalanan mengulang kembali perjalanan yang pernah ia lakukan tapi tidak bagi saya ini adalah salah satu catatan manis bagi saya yang paling tidak bisa saya ceritakan pada generasi setelah saya. Sekitar jam 3 kami sampai di jalan arah Parangtritis dan kami mampir warung untuk mengisi perut dan istirahat sejenak karena menurut mas Afif paling tinggal setengah jam lagi. Hampir subuh kami lanjut dan benar saja setelah setengah jam kami sampai di Pantai Parangtritis, senang sekali rasanya. Alhamdulillah. Inilah secuil cerita saya bersepeda dari Kendal ke Yogyakarta.
Bersambung…

pantai Parangtritis
pantai Parangtritis

Baca juga: Dolan ke alun-alun Tegal

Wisata ke Candi Prambanan dan Wedang Ronde

Cerita Berawal

Di penghujung bulan April lalu, berarti sudah 4 bulan lamanya cerita itu terjadi. Cerita ini bermula ketika salah seorang teman, Daniel mengajak saya untuk job freelance luar kota, wah luar kota bung, luar kotan men, asyik jalan-jalan. Hari itu Kamis malam 27 April 2017 Daniel memberitahu kalau saya mau diajak job freelance, saya jawab siap ok ok saja.Jum’at paginya saya bangun kesiangan, haduh alamat saya batal ikut, sempat sedih dan mengikhlaskan semuanya tiba-tiba Daniel memberi kabar lagi bahwa dia masih menunggu saya, alhamdulillah ternyata masih rejeki saya hahaha, ye ye jalan-jalan. Setelah mandi dan bersiap-siap, saya berangkat menuju kampus 3 untuk bertemu Daniel, ternyata Daniel sudah menungggu dan kami berangkat menuju daerah Pedurungan bersama teman-teman yang lainnya.

bus bersiap berangkat
bus bersiap berangkat

Job Katering

Pasti penasaran apa sih job freelance saya kan? Nah akan saya ceritakan. Jadi saya kadang diajak untuk job katering, istilahnya sih begitu. Biasanya job itu ada saat akhir pekan. Masih belum paham? Jadi gini, ada orang menikah dan dia sewa katering untuk makanannya, nah saya dan teman-teman menjadi bagian dari pernikahan itu yang turut serta meramaikan dan melancarkan pernikahannya tapi tentunya bukan sebagai pengantin. Saya dan teman-teman menjadi tenaga bayaran untuk membantu di pihak katering pada saat sebelum hari H maupun pada saat hari H. Tugas kami cukup simple yakni menurunkan barang dari truk, menatanya di tempat acara dan membersihkan piring, gelas, dan lain sebagainya saat acara kemudian menaikkan barang kembali ke truk. Pada saat hari H ada yang bertugas menjaga makanan ada yang bertugas mengambil piring, ada yang bertugas menghitung tamu dan tugas lainnya. Kebanyakan disini yang ikut job freelance adalah mahasiswa, namun ada juga yang memang pegawai katering asli. Nah pasti sudah paham kan, hehe.

Menuju Candi Prambanan

Saat itu kami berangkat dari Pedurungan jam 10 pagi menggunakan bus medium seat 38. Kebetulan karena kantor kateringnya di Pedurungan, yakni katering Sonokembang jadi kami berangkat dari sana. Ternyata, job untuk luar kota saat itu adalah di Klaten tepatnya di hall Candi Prambanan. Nikmat Tuhan mana lagi yang saya dustakan.Wisata ke Candi Prambanan men, seumur-umur saya belum pernah kesana. Yang jadi nikmat lainnya adalah bahwa saya kesana dikasih makan dan dibayar pula, haha hore.

candi prambanan
candi prambanan

Sampai di Kompleks Candi Prambanan

Sekitar jam setengah 2 bus yang saya naiki sampai di kompleks Candi Prambanan. Sebelum masuk parkiran, bus sempat berputar-putar di kompleks candi karena bingung mau masuk lewat mana. Dalam hati, yaelah masuk ya lewat gerbang lah, haha. Bus pun masuk dan diparkir dan akhirnya saya melihat candi yang indah, ya candi Prambanan memang indah sekali guys.

hujan di prambanan
hujan di prambanan

Rute dari Semarang ke Candi Prambanan

Oh iya, seperti di cerita-cerita saya yang lain saya biasa memberitahu rute yang saya lalui. Rute untuk ke Klaten dari Semarang adalah kita bisa lewat jalan tol seperti kami yakni lewat gerbang tol Gayamsari dan keluar di pintu tol Bawen dan selanjutnya kami mengambil arah Solo. Rute selanjutnya adsalah Salatiga, kita bisa lewat Salatiga kota atau lewat Jalan Lingkar Salatiga. Selanjutnya adalah Boyolali dan terakhir sampailah di Klaten. Itulah tadi rute yang saya lalui dan saya akan kembali bercerita saat saya di Prambanan.

Kegiatan setelah turun dari Bus

Setelah turun dari bus, kami langsung menurunkan barang dari truk dan menatanya untuk dekorasi. Tak lama berselang hujan turun dan alhamdulillah kami bisa istirahat sebentar, hehehe. Ketika maghrib tiba, kami break dan menuju ke mess tempat istirahat. Dan kenikmatan lagi yang saya rasakan, mau tahu? Ok ok, ternyata tempat mess nya di Yogyakarta, wow yogya guys. Yogya istimewa, istimewa orangnya, lho lho kok malah nyanyi. Klaten dan Yogya memang dekat, terbukti jarak dari Prambanan ke mess cuma sekitar setengah jam. Malam itu kami bermalam di Yogya, ah indahnya malam itu. Sebagian dari kami ada yang main ke Malioboro tapi saya tidak ikutlah, sayang uangnya ntar malah habis, wkwk, kan belum kerja juga. Saya hanya menghabiskan malam itu di kucingan sambil melihat pementasan wayang yang kebetulan ada pas malam itu. Saya pun ngantuk dan tidur.

Wisata ke Candi Prambanan

Sabtu pagi, rombongan kembali menuju ke Prambanan untuk kembali menyiapkan yang belum selesai. Akhirnya waktu yang dinanti-nanti tiba, ya, waktu free. Saya bersama Daniel, Sholah dan teman-teman lainnya langsung menuju ke Candi Prambanan. Oh sungguh indah candi ini, betapa bangunan peninggalan zaman dahulu masih bisa kita rasakan dan lihat, awesome dan pokoknya. Karena saat iu weekend jadi Prambanan ramai sekali. Saya sempat bertemu turis dari Prancis dan dia minta foto ke saya, eh salah saya yang minta foto ke dia, hehe. Selanjuutnya saya kembali berkeliling ke sekitar Candi. Untuk informasi mengenai sejarah Candi Prambanan ini sedikit yang saya ketahui, maaf karena belum sempat google jadi cari sendiri saja ya, hehe.Siangnya, saya dan beberapa teman lainnya istirahat tidur karena malam acara resepsi pernikahannya akan dimulai saat malam.

saya dan imam berfoto bersama bule dari Prancis
saya dan imam berfoto bersama bule dari Prancis

Acara pernikahan

Habis maghrib semua orang bersiap, mulai dari koki dengan masakannya, sound system, musik, dan juga kami yang sudah rapi dan ganteng hehe. Namun diluar dugaan, menjelang isya, gerimis datang, bukan gerimis mengundang ya. Nah habis isya ini tamu-tamu mulai berdatangan. Tak lama gerimis pun reda, sehingga tidak mengganggu acara. Malam itu benar-benar istimewa bagi pasangan mempelai, bukan hanya karena kemeriahan acara namun juga keindahan lampu-lampu berwarna hijau yang menyoroti candi. Eh saat sekitar jam 9 malam, tamu tak diundang pun datang, mau tahu apa? Hujan yang sangat deras datang tiba-tiba malam itu. Semua orang berhamburan mencari tempat untuk berteduh, termasuk saya. Saya berteduh di dekat stand Wedang ronde, entah ini nikmat apa nikmat luar biasa, di satu sisi saat itu posisi masih kerja namun di sisi lain hujan jadi kami harus berteduh. Jadilah ronde-ronde itu dinikmati oleh sebagian dari kami hehe, saya juga kok, bahkan saya sempat nambah porsi, hehe. Karena memang suasana yang mendukung hujan-hujan dingin terasa nikmat meminum semangkok wedang ronde yang hangat.

suasana malam hari di pesta pernikahan
suasana malam hari di pesta pernikahan

Biarpun hujan tetap bekerja

Cukup lama hujan malam itu, sampai akhirnya acara pun terpaksa selesai sebelum waktunya. Malam itu pasti menjadi malam yan tidak terlupakan bagi pengantin. Jam 11 malam hujan sempat reda dan kami bersiap untuk membereskan barang-barang untuk dinaikkan ke truk. Saat sedang kembali bekerja, hujan turun lagi, haduh ini hujan kok datang terus ya, namun karena badan sudah terlanjur basah dan harus segera menyelesaikan pekerjaan malam itu juga jadi kami tetap bekerja. Alhamdulillah setelah kurang lebih 1 jam akhirnya pekerjaan hampir selesai.

Bus terjebak lumpur

Ternyata cobaan malam itu tidak hanya hujan, cobaan lain datang dari bus yang akan membawa kami ke Semarang. Ya, saat badan sudah lelah dan basah, busnya malah terjebak di dalam lumpur dekat acara dan tidak bisa bergerak kemana-mana, apakah ini alamat tidak bisa pulang ke Semarang, yah parah ;pokonya, haha. Segera setelah kami menyelesaikan pekerjaan menaikkan barang, kami langsung bersama-sama untuk memindahkan bus dari jebakan lumpur. Bahkan truk juga membantu menarik bus tersebut agar bisa keluar dari sana, namun itu semua gagal. Akhirnya atas pertolongan Allah, bus bisa keluar dari lumpur. Jadi bus sudah tidak bisa bergerak ke depan maka saat itu muncul ide untuk mendorong bus ke belakang. Benar saja, bus langsung bisa keluar dari lumpur. Lah alah, kenapa ide itu gak muncul dari tadi, hadeuh. Berakhirlah cerita saya wisata ke Candi Prambanan.

Perjalanan pulang ke Semarang

Jam 1 pagi kami berangkat dari Prambanan menuju ke Semarang. Karena saya lelah dan ngantuk saya tertidur di bus. Tiba-tiba jam 3 pagi bus sudah sampai di Semarang, alhamdulillah sekali. Saya, Daniel, Sholah, Imam dan teman teman lainnya pun pulang ke Ngalian dengan membawa cerita konyol di Prambanan. Tapi overall saya senang dengan pengalaman ini, pokonya semua campur aduk. Siapa yang gak mau kerja sambil jalan-jalan, dikasih makan, dan dikasih bayaran, hehe. Terimakasih masih mau membaca cerita gak penting ini, nantikan kisah-kisah saya selanjutnya, eeea.

Baca juga: Jatuh Cinta pada Kebumen