Mendaki Gunung Lawu via Candi Cetho 18- 20 Juli 2017, menikmati suasana lebaran di gunung

Permulaan cerita

Terimakasih masih setia membaca cerita saya, kali ini saya akan bercerita saat saya mendaki gunung Lawu via Candi Cetho. Bila dibandingkan pendakian saya sebelumya yakni di gunung Sumbing dan gunung Prau, pendakian Gunung Lawu ini adalah pendakian yang telah direncanakan cukup lama yakni sebelum puasa Ramadhan. Waktu itu kami berencana bahwa kami akan melakukan pendakian setelah lebaran Idul Fitri 2017 tepatnya h+2 lebaran.

Mengenal Gunung Lawu

Sebelum bercerita mengenai pendakian kali ini saya akan menceritakan sekilas tentang gunung Lawu. Gunung Lawu adalah termasuk gunung purba yang sudah ada sejak dahulu kala. Letak gunung Lawu adalah di perbatasan Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan di Jawa Timur. Di gunung Lawu terdapat beberapa pos pendakian yakni basecamp Cemoro Kandang di Tawangmangu, basecamp Cemoro Sewu di Magetan, basecamp Jogorogo di Ngawi, dan basecamp Candi Cetho di Karanganyar. Adapun jalur yang paling ramai adalah dari Cemoro Sewu Magetan. Tapi menurut saya jalur pendakian yang paling bagus adalah di basecamp Candi Cetho, yang nanti akan saya ceritakan.

Cerita seputar Gunung Lawu

Dalam dunia ilmu laku, lelakon gunung Lawu merupakan gunung yang istimewa. Gunung ini sering dijadikan sebagai tempat bertapa dan tirakatan oleh orang yang sedang lelaku. Gunung Lawu dipercaya sebagai tempat terakhir Prabu Brawijaya sebelum menghilang. Istilahnya adalah tempat Moksa Prabu Brawijaya. Jika kawan-kawan ingin mendaki gunung ini, ada beberapa pantangan yang harus dipatuhi diantaranya yang saya ketahui adalah kita tidak boleh memakai baju berwarna hijau pupus karena warna ini dipercaya sebagai warna baju kebesaran Prabu Brawijaya ketika berada di gunung ini. Pantangan selanjutnya adalah bahwa nanti jika kita melihat burung Jalak, orang sekitar menyebutnya sebagai Jalak Lawu maka kita tidak boleh mengganggunya karena jika kita menggangu maka akan terjadi hal yang tidak baik pada kita. Jalak Lawu ini adalah penuntun kita menuju ke puncak. Persebaran terbanyak Jalak Lawu adalah di Cemoro Sewu. Itulah sedikit informasi yang saya ketahui mengenai gunung Lawu. Sebenarnya masih ada pantangan lain yang tidak jauh berbeda dengan gunung-gunung lainnya namun saya menekankan pada dua pantangan tadi.

Cerita dimulai

Baiklah saya akan mulai bercerita, setelah lebaran dan masih suasana lebaran, kami rombongan membulatkan tekad untuk berangkat. Waktu yang dinanti pun tiba. Hari itu Selasa 18 Juli 2017 kami dengan segala perlengkapan yang telah dipersiapkan dan persiapan fisik yang cukup baik berkumpul di rumah Khafidin yang masih satu desa dengan saya. Dalam pendakian kali ini rombongan kami yang berangkat berjumlah 6 orang yakni saya, Khafidin, Taufiq, Umam, Kiki, Fajar dengan mengendarai 3 motor.

Perjalanan

Jam 10 pagi, kami melakukan start menuju kabupaten Karanganyar tepatnya di pos pendakian gunung Lawu via Candi Cetho. Awalnya semua berjalan lancar, namun ketika kami sampai di Ungaran semua berubah karena hujan mengguyur cukup deras sehingga kami harus berhenti dan menepi. Ditambah kondisi macet arus mudik maupun arus balik membuat perjalanan kami semakin lama. Rute yang kami tempuh adalah Kendal- Semarang- Kab. Semarang- Salatiga- Boyolali- Surakarta- Karanganyar- Candi Cetho dengan asumsi waktu normal adalah 4-5 jam.

saya
saya

Setelah hujan agak reda, kami pun lanjut. Akhirnya target 4-5 jam tidak tercapai karena kami sampai di basecamp Candi Cetho sekitar jam 8 malam atau dengan total waktu 10 jam. Bayangkan telatnya 2 kali lipat, haha. Badan capek semua, setelah kami makan malam dan registrasi kami istirahat di basecamp. Sebenarnya rencana kami adalah start malam itu juga, tapi karena kondisi medan yang licin habis hujan ditambah keraguan kami untuk mendaki malam itu haha. Oh iya tiket pendaftaran di basecamp Candi Cetho perorang adalah 15 ribu. Basecamp Candi Cetho ukurannya tidak terlalu besar, namun bisa lah untuk tempat kami beristirahat.

Mulai mendaki Gunung Lawu

Paginya, jam 6 kami berdoa dan memulai mendaki Gunung Lawu. Di pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho ada 5 pos. Jarak masing-masing pos adalah sekitar 1 jam. Pendakian pun dimulai dengan Khafidin sebagai leader. Medan menuju ke pos 1 adalah kami melewati pinggiran kompleks candi utama, selanjutnya kami melewati Candi Kethek dan kebun warga. Setelah habis melewati kebun warga, kami mulai disambut dengan trek menanjak, wow pemanasan bung hahaha. Akhirnya kami sampai di pos 1 dan berhenti untuk membuat sarapan, laper coy, wkwk. Setelah perut terisi, kami kembali menggendong carrier untuk lanjut naik. Setelah kurang lebih 1 jam kami berjalan, sampailah kami di pos 2 dengan mulai disambut rerimbunan pohon. Kami tak lama di pos 2, karena langsung dilanjut ke pos 3. Sampailah kami di sebuah sumber air yang letaknya di bawah pos 3 dan beristirahat sebentar disana.

saya taufik dan khafidin
saya taufik dan khafidin

Mendirikan tenda sebelum Pos 5

Selesai istirahat di mata air kami sampai di pos 3 dan istirahat lagi, haha harap maklum. Di pos 3 ini, kami menjumpai burung Jalak Gading yang tak lain adalah burung Jalak Lawu. Orang-orang percaya bahwa jika kita mendaki gunung Lawu dan menjumpai burung Jalak Lawu maka kita akan aman dan tidak akan tersesat. Ibarat kata, burung Jalak Lawu adalah sambutan dari gunung Lawu kepada kita, jika niat kita mendaki baik maka kita akan bertemu dengannya.

Trek perjalanan dari pos 3 ke pos 4 jalannya sangat menantang. Bisa dibilang dari pendakian gunung Lawu disinilah trek yang menguruas tenaga. Setidaknya itulah kesan yang saya dan rombongan rasakan. Pos 4 terlewati dan kami hampir sampai di pos 5 hingga kami putuskan untuk mendirikan tenda di dekat pos 5 tepatnya di dekat pohon tumbang. Yang pernah mendaki Lawu via Candi Cetho pasti tahu. Kami sampai di sini jam 2 siang, kemudian setelah tenda berdiri kami sholat masak dan istirahat. Ketika hampir menjelang senja saya mendengar ada rombongan yang datang dan ikut mendirikan tenda di sekitar tenda kami.

dari kanan Taufik, Kiki dan Saya
dari kanan Taufik, Kiki dan Saya

Summit

Akhirnya malam pun tiba, dengan udara yang dingin saya mencoba keluar tenda untuk melihat pemandangan malam itu. Sungguh indah ketika saya menyaksikan bintang-bintang dan bulan baru. Karena tidak kuat dan sudah ngantuk, saya pun tidur. Alhamdulillah kali ini saya muncak bawa SB, lumayanlah untuk menghangatkan badan haha. Sebelum tidur kami sepakat untuk melakukan summit jam 3 pagi.

Kamis, jam 3 pagi saya dan teman-teman bangun untuk bersiap-siap. Namun hal yangg terduga adalah bahwa Umam tidak ingin ikut ke atas, ya memang dalam pendakian ini dia terlihat kurang enak badan. Ya tidak mengapalah biar dia istirahat di tenda. Akhirnya saya, Khafidin, Taufiq, Kiki, dan Fajar yang melakukan summit. Senter mulai dinyalakan dan kami berangkat dengan situasi udara yang sangat dingin serasa menusuk ke tulang.

Saat itu benar-benar sepi, meskipun di pos 5 ada banyak tenda namun hanya rombongan kami yang melakukan summit pada jam tersebut. Sehabis pos 5 kami menjumpai tempat yang bernama Gupakan Menjangan, tempat ini bentuknya kubangan air yang mungkin untuk minum Menjangangan/Rusa, sehingga dinamakan Gupakan Menjangan. Di Gupakan Menjangan ini sabananya sangat luas dibandingkan sabana yang ada di dekat tenda kami.

Tersesat di Pasar Setan/ Pasar Dieng

Setelah berjalan kurang lebih 2 jam sampailah kami di Pasar Dieng atau ada yang menyebutnya Pasar Setan. Di tempat ini kita bisa melihat susunan batu-batu yang unik-unik, namun kita dilarang mengubahnya. Suasana disini memang agak gimana gitu, apalagi kami berangkat ber 5 yang artinya itu adalah ganjil, haduh. Banyak cerita pendaki-pendaki yang tersesat disini. Dan akhirnya kami pun juga ikut tesesat, haha. Meskipun begitu kami tidak panik dan berusaha mencari jalan keluar. Jika kita tidak terlalu memperhatikan petunjuk maka bisa dipastikan kita akan tersesat, pasalnya petunjuk di Pasar Dieng ini sangat terbatas. Seharusnya kami mengambil jalan ke kiri tapi kami malah berputar-putar disini. Beruntung ketika itu kami melihat cahaya senter di atas yang sepertinya itu adalah puncak. Alhamdulillah kami berhasil keluar dari Pasar Dieng dan ternyata puncaknya sudah agak dekat.

Sampai di Hargo Ndalem dan Hargo Dumilah

Akhirnya kami sampai di Hargo Ndalem jam 5 lebih seperempat, di sekitar sini ternyata ada juga yang mendirikan tenda. Setelah berfoto di Hargo Ndalem, kami pun lanjut Puncak Hargo Dumilah yang letaknya agak di atas, ya iyalah di atas namanya juga puncak, hahaha. Untuk menuju ke Hargo Dumilah kita membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

Ketika kami hendak ke puncak, kami bertemu dengan burung Jalak lagi, senang rasanya. Alhamdulillah akhirnya kaami sampai ke puncak dan ternyata di sana sudah ramai sekali. Saya kira di libur lebaran kali ini akan sepi tapi malah kebalikannya. Banyak orang yang lebaran di gunung, haha.

dari kanan Fajar, Khafidin, saya dan Taufik
dari kanan Fajar, Khafidin, saya dan Taufik

Turun dari Puncak

Puas berfoto, kami turun untuk menuju ke Sendang Drajat. Letaknya agak jauh dari Hargo Ndalem, sekitar 10 menit jalan kaki. Jika kawan-kawan akan naik via Cemoro Sewu maupun Cemoro Kandang maka akan menjumpai Sendang ini terlebih dahulu. Kami mengambil air di Sendang ini sebelum turun kembali ke tenda. Jam setengah 9 kami turun menuju ke tenda, dan 10 kami sampai tenda. Kami pun masaka lagi, haha, karena perut lapar.

saya saat sedang menikmati sabana Gunung Lawu
saya saat sedang menikmati sabana Gunung Lawu

Kembali ke Basecamp

Setelah masak dan packing, akhirnya kami turun jam setengah 11. Kami menargetkan untuk istirahat di sumber air pos 3. Satu setengah jam kemudian kami sampai di sumber air, disana kami menggelar matras dan istirahat sambil menikmati segarnya air yang mengalir derass. Jadi sumber ini adalah sebenarnya jalur pipa paralon air warga, namun memang sengaja dilubangi untuk menyediakan air bagi pendaki. Setelah sholat dhuhur, kami pun kembali turun sekitar jam 1 siang.

Jam 3 sore kami sampai di basecamp Candi Cetho dan membuang samaph yang telah kami kumpulkan tadi, ingat ya kalo naik gunung sampahnya dibawa turun lagi, hehe. Ternyata kalau waktu liburan, Candi Cetho ramai sekali, banyak pengunjung yang sengaja ke tempat ini untuk berwisata di candi. Selepas istirahat sejenk dan mandi, mandi yang mandi yang ngak ya nggak, haha termasuk saya yang gak mandi kami pun meninggalkan basecamp Candi Cetho. Eh tapi saya mandi lho di pom Bensin, alasan saya tidak mandi di basecamp adalah karena kamar mandinya antri, males dah pokoknya haha.

Baca juga: Wisata ke Prambanan dan Wedang Ronde

Perjalanan pulang ke Kendal

Dari Karanganyar sampai ke Solo lalu lintas normal, tidak macet. Tapi ketika sampai di Boyolali, macetnya masyaallah. Kami barengan sama orang-orang yang arus balik ke Jakarta. Alhasil laju sepeda motor kami pun terhambat. Parah pokoknya, macetnya sampai ke Salatiga. Beruntung kami lewat Jalan Lingkar Salatiga dan disana tidak macet, alhamdulillah. Ketika sampai Bawen, saat itu jam setengah 9. Saya boncengan sama Taufiq, sepanjang perjalanan pulang dia nyetirnya ngebut banget dah, sampai saya komat kamit di belakang.

Akhirnya jam 10 malam kami sampai di Kendal dengan selamat dan badan sehat dan kuat rajin belajar, eh malah nyanyi, wkwk. Perjalanan yang sangat berkesan dah pokoknya. Lawu yang selalu menyimpan kisah mistis di dalamnya, hihi.

Wisata ke Candi Prambanan dan Wedang Ronde

Cerita Berawal

Di penghujung bulan April lalu, berarti sudah 4 bulan lamanya cerita itu terjadi. Cerita ini bermula ketika salah seorang teman, Daniel mengajak saya untuk job freelance luar kota, wah luar kota bung, luar kotan men, asyik jalan-jalan. Hari itu Kamis malam 27 April 2017 Daniel memberitahu kalau saya mau diajak job freelance, saya jawab siap ok ok saja.Jum’at paginya saya bangun kesiangan, haduh alamat saya batal ikut, sempat sedih dan mengikhlaskan semuanya tiba-tiba Daniel memberi kabar lagi bahwa dia masih menunggu saya, alhamdulillah ternyata masih rejeki saya hahaha, ye ye jalan-jalan. Setelah mandi dan bersiap-siap, saya berangkat menuju kampus 3 untuk bertemu Daniel, ternyata Daniel sudah menungggu dan kami berangkat menuju daerah Pedurungan bersama teman-teman yang lainnya.

bus bersiap berangkat
bus bersiap berangkat

Job Katering

Pasti penasaran apa sih job freelance saya kan? Nah akan saya ceritakan. Jadi saya kadang diajak untuk job katering, istilahnya sih begitu. Biasanya job itu ada saat akhir pekan. Masih belum paham? Jadi gini, ada orang menikah dan dia sewa katering untuk makanannya, nah saya dan teman-teman menjadi bagian dari pernikahan itu yang turut serta meramaikan dan melancarkan pernikahannya tapi tentunya bukan sebagai pengantin. Saya dan teman-teman menjadi tenaga bayaran untuk membantu di pihak katering pada saat sebelum hari H maupun pada saat hari H. Tugas kami cukup simple yakni menurunkan barang dari truk, menatanya di tempat acara dan membersihkan piring, gelas, dan lain sebagainya saat acara kemudian menaikkan barang kembali ke truk. Pada saat hari H ada yang bertugas menjaga makanan ada yang bertugas mengambil piring, ada yang bertugas menghitung tamu dan tugas lainnya. Kebanyakan disini yang ikut job freelance adalah mahasiswa, namun ada juga yang memang pegawai katering asli. Nah pasti sudah paham kan, hehe.

Menuju Candi Prambanan

Saat itu kami berangkat dari Pedurungan jam 10 pagi menggunakan bus medium seat 38. Kebetulan karena kantor kateringnya di Pedurungan, yakni katering Sonokembang jadi kami berangkat dari sana. Ternyata, job untuk luar kota saat itu adalah di Klaten tepatnya di hall Candi Prambanan. Nikmat Tuhan mana lagi yang saya dustakan.Wisata ke Candi Prambanan men, seumur-umur saya belum pernah kesana. Yang jadi nikmat lainnya adalah bahwa saya kesana dikasih makan dan dibayar pula, haha hore.

candi prambanan
candi prambanan

Sampai di Kompleks Candi Prambanan

Sekitar jam setengah 2 bus yang saya naiki sampai di kompleks Candi Prambanan. Sebelum masuk parkiran, bus sempat berputar-putar di kompleks candi karena bingung mau masuk lewat mana. Dalam hati, yaelah masuk ya lewat gerbang lah, haha. Bus pun masuk dan diparkir dan akhirnya saya melihat candi yang indah, ya candi Prambanan memang indah sekali guys.

hujan di prambanan
hujan di prambanan

Rute dari Semarang ke Candi Prambanan

Oh iya, seperti di cerita-cerita saya yang lain saya biasa memberitahu rute yang saya lalui. Rute untuk ke Klaten dari Semarang adalah kita bisa lewat jalan tol seperti kami yakni lewat gerbang tol Gayamsari dan keluar di pintu tol Bawen dan selanjutnya kami mengambil arah Solo. Rute selanjutnya adsalah Salatiga, kita bisa lewat Salatiga kota atau lewat Jalan Lingkar Salatiga. Selanjutnya adalah Boyolali dan terakhir sampailah di Klaten. Itulah tadi rute yang saya lalui dan saya akan kembali bercerita saat saya di Prambanan.

Kegiatan setelah turun dari Bus

Setelah turun dari bus, kami langsung menurunkan barang dari truk dan menatanya untuk dekorasi. Tak lama berselang hujan turun dan alhamdulillah kami bisa istirahat sebentar, hehehe. Ketika maghrib tiba, kami break dan menuju ke mess tempat istirahat. Dan kenikmatan lagi yang saya rasakan, mau tahu? Ok ok, ternyata tempat mess nya di Yogyakarta, wow yogya guys. Yogya istimewa, istimewa orangnya, lho lho kok malah nyanyi. Klaten dan Yogya memang dekat, terbukti jarak dari Prambanan ke mess cuma sekitar setengah jam. Malam itu kami bermalam di Yogya, ah indahnya malam itu. Sebagian dari kami ada yang main ke Malioboro tapi saya tidak ikutlah, sayang uangnya ntar malah habis, wkwk, kan belum kerja juga. Saya hanya menghabiskan malam itu di kucingan sambil melihat pementasan wayang yang kebetulan ada pas malam itu. Saya pun ngantuk dan tidur.

Wisata ke Candi Prambanan

Sabtu pagi, rombongan kembali menuju ke Prambanan untuk kembali menyiapkan yang belum selesai. Akhirnya waktu yang dinanti-nanti tiba, ya, waktu free. Saya bersama Daniel, Sholah dan teman-teman lainnya langsung menuju ke Candi Prambanan. Oh sungguh indah candi ini, betapa bangunan peninggalan zaman dahulu masih bisa kita rasakan dan lihat, awesome dan pokoknya. Karena saat iu weekend jadi Prambanan ramai sekali. Saya sempat bertemu turis dari Prancis dan dia minta foto ke saya, eh salah saya yang minta foto ke dia, hehe. Selanjuutnya saya kembali berkeliling ke sekitar Candi. Untuk informasi mengenai sejarah Candi Prambanan ini sedikit yang saya ketahui, maaf karena belum sempat google jadi cari sendiri saja ya, hehe.Siangnya, saya dan beberapa teman lainnya istirahat tidur karena malam acara resepsi pernikahannya akan dimulai saat malam.

saya dan imam berfoto bersama bule dari Prancis
saya dan imam berfoto bersama bule dari Prancis

Acara pernikahan

Habis maghrib semua orang bersiap, mulai dari koki dengan masakannya, sound system, musik, dan juga kami yang sudah rapi dan ganteng hehe. Namun diluar dugaan, menjelang isya, gerimis datang, bukan gerimis mengundang ya. Nah habis isya ini tamu-tamu mulai berdatangan. Tak lama gerimis pun reda, sehingga tidak mengganggu acara. Malam itu benar-benar istimewa bagi pasangan mempelai, bukan hanya karena kemeriahan acara namun juga keindahan lampu-lampu berwarna hijau yang menyoroti candi. Eh saat sekitar jam 9 malam, tamu tak diundang pun datang, mau tahu apa? Hujan yang sangat deras datang tiba-tiba malam itu. Semua orang berhamburan mencari tempat untuk berteduh, termasuk saya. Saya berteduh di dekat stand Wedang ronde, entah ini nikmat apa nikmat luar biasa, di satu sisi saat itu posisi masih kerja namun di sisi lain hujan jadi kami harus berteduh. Jadilah ronde-ronde itu dinikmati oleh sebagian dari kami hehe, saya juga kok, bahkan saya sempat nambah porsi, hehe. Karena memang suasana yang mendukung hujan-hujan dingin terasa nikmat meminum semangkok wedang ronde yang hangat.

suasana malam hari di pesta pernikahan
suasana malam hari di pesta pernikahan

Biarpun hujan tetap bekerja

Cukup lama hujan malam itu, sampai akhirnya acara pun terpaksa selesai sebelum waktunya. Malam itu pasti menjadi malam yan tidak terlupakan bagi pengantin. Jam 11 malam hujan sempat reda dan kami bersiap untuk membereskan barang-barang untuk dinaikkan ke truk. Saat sedang kembali bekerja, hujan turun lagi, haduh ini hujan kok datang terus ya, namun karena badan sudah terlanjur basah dan harus segera menyelesaikan pekerjaan malam itu juga jadi kami tetap bekerja. Alhamdulillah setelah kurang lebih 1 jam akhirnya pekerjaan hampir selesai.

Bus terjebak lumpur

Ternyata cobaan malam itu tidak hanya hujan, cobaan lain datang dari bus yang akan membawa kami ke Semarang. Ya, saat badan sudah lelah dan basah, busnya malah terjebak di dalam lumpur dekat acara dan tidak bisa bergerak kemana-mana, apakah ini alamat tidak bisa pulang ke Semarang, yah parah ;pokonya, haha. Segera setelah kami menyelesaikan pekerjaan menaikkan barang, kami langsung bersama-sama untuk memindahkan bus dari jebakan lumpur. Bahkan truk juga membantu menarik bus tersebut agar bisa keluar dari sana, namun itu semua gagal. Akhirnya atas pertolongan Allah, bus bisa keluar dari lumpur. Jadi bus sudah tidak bisa bergerak ke depan maka saat itu muncul ide untuk mendorong bus ke belakang. Benar saja, bus langsung bisa keluar dari lumpur. Lah alah, kenapa ide itu gak muncul dari tadi, hadeuh. Berakhirlah cerita saya wisata ke Candi Prambanan.

Perjalanan pulang ke Semarang

Jam 1 pagi kami berangkat dari Prambanan menuju ke Semarang. Karena saya lelah dan ngantuk saya tertidur di bus. Tiba-tiba jam 3 pagi bus sudah sampai di Semarang, alhamdulillah sekali. Saya, Daniel, Sholah, Imam dan teman teman lainnya pun pulang ke Ngalian dengan membawa cerita konyol di Prambanan. Tapi overall saya senang dengan pengalaman ini, pokonya semua campur aduk. Siapa yang gak mau kerja sambil jalan-jalan, dikasih makan, dan dikasih bayaran, hehe. Terimakasih masih mau membaca cerita gak penting ini, nantikan kisah-kisah saya selanjutnya, eeea.

Baca juga: Jatuh Cinta pada Kebumen

Jatuh Cinta pada Kebumen- Wisata di Kebumen

Wisata di Kebumen

Kebumen, salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang dulunya merupakan bagian dari Karesidenan Kedu. Bisa dilihat dari plat kendaraannya yang seragam yakni plat AA, yang membedakan hanya kode huruf di belakangnya. Kebumen punya ikon burung Walet, kalau orang sana menyebutnya Lawet. Nah kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman pertama saya di Kebumen. Saya akan bercerita tentang wisata di kebumen yang saya kunjungi selama di Kebumen. Langsung saja, ini adalah ketika waktu itu bulan Mei, teman saya Hasan mengajak pulang ke rumahnya . Berangkatlah saya, Hasan, Munir, dan Muslih ke Kebumen. Kami berangkat dari Semarang agak pagi dan sampai di Kebumen jam 1 siang. Mengapa saya bisa jatuh cinta pada Kebumen? simak cerita saya ya teman-teman.

bukit pentulu indah

Es Dawet Purworejo (Jembatan Butuh)

Sebelum saya bercerita tentang wisata di Kebumen, ada hal unik yang bagi saya itu agak lucu. Waktu itu ketika melewati Purworejo kami berhenti dan mampir di penjual es dawet. Es Dawet ini sangat terkenal karena keunikan namanya. Namanya es Dawet Jembatan Butuh. Kenapa dinamakan demikian karena es Dawet ini terletak di dekat Jembatan Butuh Purworejo. Bagi kawan-kawan yang akan melewatii Purworejo sempatkanlah mampir di es Dawet ini, yakin es dawetnya enak. Recomended pokoknya.

Sampai di rumah Hasan

Sampailah kami di rumah Hasan di desa Kambangsari, Kecamatan Alian. Letak kecamatan Alian ini agak ke utara, sehingga ada yang kondisi geografisnya perbukitan. Dengan latar pemandangan yang indah, tempat ini adalah salah satu landcape yang menyejukkan mata untuk dipandang.Oh iya, jarak rumah Hasan dari alun-alun cukup dekat yakni sekitar 10 menit sampai. Hari pertama di Kebumen saya menyempatkan untuk main di alun-alun, kebetulan saat itu adalah malam minggu jadi ramai. Disini ternyata kami disusul oleh Ridwan dan Arifin dari Semarang, dan akhirnya tambah dua personel haha. Nah di hari kedua, hasrat untuk menjelajahi Kebumen tak tertahankan jadilah kami berencana mencari wisata Curug Winong desa Pujotirto yang letaknya di daerah agak ke utara. Curug Winong adalah salah satu tempat wisata di Kebumen yang ingin kami kunjungi.

rumah hasan
rumah hasan

Curug Tanpa Nama atau Curug Wong Kene

Karena hujan kami harus menunggu sampai hujan reda. Alhamdulillah hujan sudah reda dan sekitar jam 9 pagi kami berangkat. Sampai di desa Pujotirto kami tidak menemukan lokasi curug tersebut. Sebenarnya kami sudah tanya kesana kemari namun informasi yang kami dapat juga tidak sesuai yang diharapkan. Akhirnya dengan nekat kami masuk ke hutan yang kata warga sekitar ada curug di dekat situ. Waktu itu kami masuk ke hutan sehabis dhuhur. Masuklah kami ke hutan dan berjalan tak tentu arah karena memang tidak ada petunjuk sama sekali. Kami menemukan sungai dan air terjun lain, entah apa namanya yang jelas cukup menjadi penawar meskipun tidak menemukan curug Winong yang kami cari tersebut. Tanpa pikir panjang kami langsung mandi di sana, entah kalian bisa menamainya curug atau sungai terserah lah haha. Yang penting happy itu prinsipnya. Puas bermain air kami pun pulang jam 3 sore dan meninggalkan hutan tersebut. Malam harinya, Ridwan dan Arifin pulang ke Semarang, yah padahal baru sebentar di Kebumen, tapi mau gimana lagi karena mereka ada urusan haha. Malam itu kami istirahat di rumah saja dan bersiap untuk mengeksplor wisata di Kebumen keesokan harinya. Pengalaman pada hari itu semakin menambah saya jatuh cinta pada Kebumen.

curug wong kene
curug wong kene

Bukit Pentulu Indah

Senin pagi sekali sehabis subuh kami berangkat ke Wisata Bukit Pentulu Indah yang terletak di desa Karangsambung. Jarak yang akan kami tempuh sekitar 40 menit. Benar saja kami sampai disana sekitar jam setengah 6, yah meskipun sudah agak telat tapi tidak apalah. Untuk akses kesini cukup mudah. Kita tinggal mencari di google maps. Ketik atau Search Bukit Pentulu Indah gitu, maka lokasi tersebut akan muncul. Ancer-ancernya adalah jika kita dari arah kota maka kita harus mengambil arah ke Kecamatan Sadang. Nah lokasi wisata tersebut terletak sebelum masuk ke kecamatan Sadang, tepatnya dekat kantor LIPI maju sedikit terus ada pertigaan ke kanan nah itu masuk. Kalau dari arah kecamatan Sadang maka letaknya di kiri jalan. Bukit Pentulu Indah ini adalah salah satu wisata andalan di Kebumen.

bukit pentulu indah
bukit pentulu indah

Kondisi jalan dari kota sampai ke pertigaan ini cukup bagus. Yang jelek adalah saat kita mulai memasuki kawasan wisatanya. Jalannya rusak dan menanjak, jadi jika ingin kesini pakai motor usahakan kondisi yang prima supaya kuat nanjak, hehe. Akhirnya perjuangan terbayarkan, kami disambut dengan pemandangan yang indah, pohon cemara yang cukup banyak membuat adem. Apalagi tempatnya yang berada di daerah ketinggian membuat suasana disini sangat nyaman. Tiket masuknya pun murah tidak sampai 10 ribu. Disini kita bisa melihat pemandangan matahari terbit (sunrise) sambil naik ke rumah pohon. Ada juga simbol love yang bisa dijadikan background foto untuk pasangan muda-mudi yang memadu kasih, tapi jangan baper ya buat yang jomblo, wkwk. Puas melihat sunrise, kami ngopi sebentar di warung yang ada disana. Jam 9 pagi kami pun pulang ke rumah Hasan. suatu saat saya punya keinginan untuk kembali kesini lagi.

keindahan sunrise di bukit pentulu indah
keindahan sunrise di bukit pentulu indah

Sawangan Adventure

sawanga adventure kebumen
sawanga adventure kebumen

Siangnya, sekitar jam 1 kami ingin menjelajahi wisata pantai di kecamatan Ayah. Jika tadi sudah ke gunung maka saatnya ke pantai. Lengkap bukan perjalanan kami? Hehe. Sekitar jam 2 siang, sampailah kami di pintu masuk obyek wisata Sawangan Adventure. Sawangan Adventure adalah salah satu obyek wisata di Kebumen yang masih dalam tahap pengerjaan dan belum sepenuhnya selesai. Disini ada berbagai pilihan yang dapat dinikmati pengunjung yakni ada Curug Sawangan, Goa Wowo dan spot foto berbentuk love. Waktu itu jalan masuknya ke lokasi masih berupa tanah. Namun kemarin saat kunjungan saya yang kedua ke Kebumen, jalannya sudah dicor, alhamdulillah. Jadi Sawangan Adventure ini letaknya sekitar 3 km dari obyek wisata Pantai Menganti, cukup dekatlah. Sampai di lokasi kami parkir dan membayar tiket sebesar 7 ribu rupiah, murah bukan.

jalan menuju curug sawangan
jalan menuju curug sawangan

Kami langsung menuju Curug Sawangan yang jaraknya dari parkiran agak cukup jauh tapi tidak akan terasa capek karena kita bisa melihat pemandangan laut yang indah. Tips ketika kesini adalah ketika melewati tebing harap berhati-hati karena jika kita lengah kita bisa terperosok ke bawah. Alhamdulillah setelah bejalan sekitar 15 menit sampailah kami ke Curug Sawangan, wow curugnya indah guys. Tingginya mungkin sekitar 30 m. Kami pun foto bersama dan kemudian mandi disana. Oh airnya segar banget, mantap pokoknya. Jam 4 sore kami meninggalkan curug untuk kembali ke parkiran. Kami sholat asar disana.

curug sawangan
curug sawangan

Pantai Menganti

wisata di Kebumen selanjutnya adalah Pantai Menganti. Entah karena rejeki anak sholeh atau memang kami yang kesorean jadi penjaga tiket sudah tidak ada alhasil kami masuk ke Pantai Menganti tidak bayar, hehe. Bagi saya sendiri kalau sedang di Kebumen dan tidak mengunjungi Pantai Menganti maka kurang afdhol. Pantai Menganti adalah salah satu wisata di Kebumen yang patut untuk dikunjungi dan tidak akan menyesal kesini.

Sampai Menganti kami sudah agak sore, dan langsung menuju ke spot Sunset area. Beruntung sore itu kami dapat melihat pemandangan mega yang berwarna jingga yang menghiasi langit. Sungguh pemandangan yang indah dan tidak bisa dilupakan. Puas melihat sunset kami kemudian pergi meninggalkan Pantai Menganti untuk pulang. Hari itu benar-benar puas, kami dapat melihat sunrise di pagi hari dan sunset di sore hari. Terimakasih kepada Hasan dan keluarga yang mengijinkan saya, Munir dan Muslih main kerumah. Terimakasih Kebumen, kau memang keren, haha. Aku jatuh cinta pada Kebumen.

keindahan sunset di pantai menganti
keindahan sunset di pantai menganti

Itulah tadi sekilas cerita pengalaman saya selama di Kebumen dan mengunjungi wisata di Kebumen. Nantikan cerita saya selanjutnya, salam pariwisata Indonesia, salam Gaweanedolan.