Telaga Sidringo, Ranu Kumbolo dari Tanah Jawa Tengah

Dimana letak Telaga Sidringo?

Mendengar nama Telaga Sidringo mungkin masih agak asing bagi sebagian orang awam, tapi tidak bagi orang-orang yang suka akan kegiatan alam, orng-orang yang menyukai kegiatan outdoor, ataupun orang-orang yang suka berburu foto landscape atau yang sekdar suka traveling. Beruntung saya berkesempatan untuk mengunjungi Telaga Sidringo ditemani partner saya yang sudah tidak asing lagi yakni Taufik dan Fela. mereka beberapa kali pernah dan sering saya ajak untuk melakukan kegiatan luar ruangan, atau kadang sebaliknya saya yang diajak oleh mereka. Nah tak perlu berlama-lama, saya akan bercerita perjalanan saya telaga ini.

Sudah penasaran atau belum dimana letak Telaga Sidringo? Telaga ini terletak di perbatasan Kabupaten Batang dengan Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah tepatnya di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang dan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Kawasan wilayah Telaga Sidringo ini berdekatan dengan Kawah Candradimuka Dieng.

kami berdiri di camp area telaga sidringo
kami berdiri di camp area telaga sidringo

Seperti apa keindahan Telaga Sidringo?

Telaga Sidringo ini adalah sebuah cekungan alami yang berada di ketinggian dan masih termasuk Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Dari beberapa sumber, ketinggiannya ini sekitar 2.222 mdpl. Karena berada di ketinggian, tempat ini menawarkan kesejukan bagi siapapun yang datang kesini. Ditambah lagi, telaga ini dikelilingi oleh bukit-bukit nan hijau sehingga sangat memanjakan mata dan tak akan bosan memandanginya. Kemudian, kenapa telaga ini diberi nama Telaga Sidringo? Dinamakan demikian karena di sekitar telaga banyak dijumpai tanaman Dringo yang tumbuh secara alami disana.

Beberapa orang mengatakan kalau telaga ini mirip dengan Danau Ranu Kumbolo yang ada di Gunung Semeru kabupaten Lumajang Jawa Timur. Setelah saya kesana ternyata memang ungkapan tersebut bukan isapan jempol belaka, karena telaga ini mirip dengan Ranu Kumbolo sehingga pantas kalau dijuluki Ranu Kumbolo-nya Jawa Tengah.

tak hanya mirip dengan Ranu Kumbolo, kalian juga akan menikmati indahnya sabana yang tumbuh subbur disini. Saat musim hujan sabana tersebut akan sangat indah dengan warna kehijauannya. Saat muisim kemarau pun tak kalah indah, sabana tersebut nampak berwarna kuning kecoklatan.

Taufik saat menikmati keindahan Telaga Sidringo
Taufik saat menikmati keindahan Telaga Sidringo

Bagaimana akses ke Telaga Sidringo?

Seperti yang sudah saya katakan di atas bahwa telaga ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Batang dengan Kabupaten Banjarnegara sehingga telaga ini dapat diakses dari dua wilayah tersebut. Untuk akses kesini memang jalannya tidak mulus alias masih agak jelek. Jalan untuk menuju kawasan ini berupa aspal yang sudah rusak dan medan yang dilalui menanjak khas pegunungan sehingga sebelum kesini pastikan motor atau mobil yang kalian naiki bisa diajak untuk nanjak.

Bagi teman-teman yang ingin mengunjungi Telaga Sidringo lewat Banjarnegara, mudah sekali unuk sampai kesini. Jika kalian sedang berada di Kawasan Dieng sempatkanlaah untuk mampir ke Telaga Sidringo ini karena jaraknya yang tidak terlalu jauh hanya sekitar 10 menit sudah sampai ke telaga ini dan papan petunjuknya pun sudah jelas. Untuk mudahnya,ambil saja arah ke Kawah Candradimuka dan naik sedikit maka akan sampai ke telaga ini.Adapun bagi teman-teman yang ingin lewat Batang, kalian dapat mengambil arah ke Sikembang dan kemudian mengambil arah ke telaga Sidringo karena memang kalau dari SIkembang jaraknya sudah tiadk terlalu jauh.

Lalu saya sendiri lewat mana saat ke telaga ini? Baiklah, karena rumah saya Kendal maka saya harus mengambil jalan yang paling cepat untuk bisa sampai ke Telaga Sidringo. Pilihan jatuh pada jalan lintas Kecamatan Bawang, Kab. Batang-Kecamatan Batur, Kab. Banjarnegara. jalanan dengan medan yang sangat menanjak dengan lebar hanya sekitar 3-4 meter. Sebagian besar jalan ini sudah bagus namun ada beberapa titik yang masih belum diperbaiki dan sangat rusak berat. Semoga di tahun-tahun mendatang ada perhatian dari pemerintah untuk melakukan perbaikan total sehingga jalan ini dapat dilewati secara maksimal mengingat jalur ini sangat strategis bagi kedua kabupaten ini.

Fela di telaga sidringo
Fela di telaga sidringo

Kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di Telaga Sidringo?

Bagi kalian yang punya waktu yang agak longgar, cobalah untuk melakukan camping disini. Pilihlah hari-hari yang tepat sehingga bisa menikmati indahya malam bertabur bintang dengan gugusan milkiway yang begitu mempesona. Saya rasa di camp area Telaga Sidringo bisa menampung sekitar 20 tenda. Sedangkan bagi teman-teman yang tidak punya banyak waktu, kalian bisa menikmati keindahan pemandangan yang disuguhkan di kawasan Telaga Sidringo ini. Ada menara pandang yang dapat digunakan untuk melihat telaga dari atas. Kemudian kalian juga bisa turun untuk mendekati telaga dan bermain air, namun tidak disarankan untuk manndi disana ya.

Berapa tiket masuk ke Telaga Sidringo?

Waktu itu saya bersama Taufik dan Fela berkunjung ke Telaga Sidringo pada tanggal 5 Februari 2019 kami membayar Rp.10.000 untuk parkir dan tiket masuk, cukup murah bukan? Rp.10.000 untuk bertiga hehe. Adapun fasilitas yang ada disini masih minim sekali seperti kemarin kamar madninya rusak dan tidak terurus dengan baik, namun saya optimis tempat ini akan mendapat perhatian yang lebih dari masyarakat dan pemerintah setempat. Ya paling tidak akses jalan untuk ke telaga ini bisa diperbaiki.

taufik saat di sabana telaga sidringo
taufik saat di sabana telaga sidringo

Tips saat berkunjung ke Telaga Sidringo

Sebenarnya tidak ada tips khusus saat berkunjung ke telaga ini. Yang perlu diperhatikan adalah tadi soalmotor atau mobil yang digunakan harus dalam kondisi prima. Ada baiknya saat datang kesini membawa peralatan kamera yang maksimal agar dapat mengeksplor keindahan telaga ini sepenuhnya. Kemudian bawalah makanan dan air minum saat berkunjung karena saat itu saya kesana hanya ada satu penjual makanan yang ada di sekitar telaga. Selanjutnya, bawalah jas hujan ketika datang kesini saat musim penghujan karena curah hujan disini tinggi. Yang perlu diperhatikan lagi adalah saat kalian datang pas sedang musim kemarau, hati-hati jangan menghidupkan api sembarangan karena sabana yang kering mudah terbakar. Terakhir, tetap jaga kelestarian alam Telaga Sidringo yang masih asri. Jangan membuang sampah sembarangan, karena sampah adalah problem kita bersama. Selamat mengeksplor Telaga Sidringo, Have a Nice Day.

saya di telaga sidringo
saya di telaga sidringo

Salam Gaweaanedolan.

Baca juga: Pendakian Gunung Prau via Patak Banteng

Mendaki Gunung Prau Via Patak Banteng

Sekilas Gunung Prau

GunungĀ Prau merupakan salah satu gunung yang cukup ramai diminati oleh pendaki, baik kalangan pendaki pemula maupun profesional. Gunung yang menawarkan sejuta keindahan ini memang tidak ada habisnya untuk dieksplor. GunungĀ  yang bisa dibilang instagramable untuk anak milenial. Nah kali ini saya ingin bercerita bagaimana keseruan saya saat mendaki Gunung Prau via Patak Banteng. Seperti apa ceritanya? Mari teman-teman simak.

Pemandangan di puncak Gunung Prau, terlihat Gunung Sumbing, Sindoro, Merapi, Merbabu, Telomoyo
Pemandangan di puncak Gunung Prau, terlihat Gunung Sumbing, Sindoro, Merapi, Merbabu, Telomoyo (Foto oleh saya)

Jalur pendakian Gunung Prau

Gunung Prau memiliki beberapa jalur pendakian. Adapun yang saya ketahui adalah Jalur pendakian Gunung Prau via Dieng, Jalur pendakian Gunung Prau via Kalilembu, Jalur pendakian Gunung Prau via Patak Banteng, Jalur pendakian Gunung Prau via Wates, jalur pendakian Gunung Prau via Dwarawati, Jalur pendakian Gunung Prau via Igirmranak, Jalur pendakian Gunung Prau via Kenjuran. Menurut saya, jalur pendakian yang paling ramai adalah via Patak Banteng.

Mendaki Gunung Prau

Gunung Prau adalah termasuk gunung dengan ketinggian yang tidak begitu tinggi, yakni hanya 2565 mdpl. inilah yang membuatnya tidak terlalu lelah ketika mendaki kesini. Di puncak Gunung Prau terdapat tapal batas yang menunjukkan perbatasan antara Kabupaten Kendal, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Batang. pendakian ke Gunung Prau paling cocok dilakukan saat musim panas. Mengapa demikian? Karena saat itu cuacanya cerah dan kita bisa mendapatkan view yang bagus. Selain itu, ada yang perlu temanteman ketahui bahwa pendakian Gunung Prau ditutup pada bulan Januari hingga awal bulan April. Hal ini bertujun untuk pemeliharaan ekosistem disana.

Jalur Pendakian Gunung Prau Via Patak Banteng

Basecamp Patak Banteng terletak di Jalan Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Kebetulan waktu itu saya datang kesana pada bulan April 2017 tepatnya tanggal 8-9, satu minggu setelah pendakian pertama saya di Gunung Sumbing Via Garung. Basecamp Patak Banteng letaknya cukup strategis sehingga tidak cukup sulit untuk bisa kesini. Saat saya datang kesana, rupanya banyak pula pendaki lain yang juga berniat untuk mendaki Gunung Prau. Maklum sat itu adalah hari adalah pembukaan kembali pendakian Gunung Prau setelah sebelumnya ditutup selama 3 bulan. Ditambah saat itu adalah Sabtu malam Minggu sehingga ramai pengunjung. Sampai di basecamp saya dan Sandi istirahat sebentar sembari menunggu kedua temannya yang belum datang. Selang sekira satu jam kemudian datanglah kedua temannya tersebut.

Basecamp Patak Banteng
Basecamp Patak Banteng

Fasilitas dan Registrasi

Di Basecamp Patak Banteng ini fasilitasnya sudah cukup baik, sama halnya dengan basecamp-basecamp gunung lainnya. Ada toilet,tempat ibadah, warung makan, tempat penjualanan souvenir dan lain sebagainya. Setelah melakukan registrasi sebesar Rp 10.000 dan menata kembali perlengkapan yanng dibutuhkan, kami bersiap memulai pendakian. Perlu diketahui oleh teman-teman bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke puncak adalah berkisar antara 2-3 jam.

Baca juga Pendakian Gunung Sumbing

Memulai Pendakian (Basecamp-Pos 1)

Kami berangkat dari basecamp sekira pukul 14.00 WIB. Adapun rute yang dilalui pertama adalah melewati rumah penduduk kemudian memasuki kebun warga. Mulai dari rumah penduduk sampai kebun warga, jalan yang kami lalui adalah berupa anak tangga yang lumayan membuat naapas ngos-ngosan. Lanjut lagi setelah itu kami melewati jalana yang agak lebar dan menanjak. Kemudian sampailah kami di Pos 1 (sikut dewo). Disini kami istirahat sebentar sembari melihat pemandangan alam khas dieng. Waktu yang dibutuhkan dari basecamp sampai ke Pos 1 kurang dari setengah jam.

Pos 1-Pos 2 (Canggal Walangan)

Kami meningggalkan Pos 1 untuk selanjutnya menuju ke Pos 2. Saat mendaki, saya banyak berpapasan dengan pendaki dari luar kota maupun luar daerah. Dalam perjalanan ke Pos @ terdapat warung-warung warga yang menyediakan aneka makanan berupa nasi, buah-buahan, gorengan dan air minum tentunya. Setelah beberapa saat kemudian, sampailah kami di Pos 2 (Canggal Walangan). Seperti trek sebelumnya yakni dari basecamp ke Pos 1, trek dari Pos 1 ke Pos 2 tak jauh berbeda bahkan cenderung lebih menguras tenaga.

Pos 2-Pos 3 (Cacingan)

Sama halnya pos sebelumnya, Pos 2 menuju ke Pos 3 pun tak jauh berbeda. Seingat saya trek dari Pos 2 menuju ke Pos 3 adalah tanah berupa anak tangga. Kadang kalau banyak yang mendaki, kita harus antri dengan pendaki lainnya untuk akses naik dan turun. Dari atas sini Telaga Warna nampak terlihat indah dari kejauhan. Selang beberapa saat kemudian kami sampai di Pos 3. Kami berhenti dan beristirahat.

Pos 3- Camp Area

Perjalanan dilanjutkan, saat itu hari sudah senja dan kami menyalakan senter yang dibawa. Dari Pos 3 menuju ke Camp Area kita akan melewati trek tanah yang agak miring dengan akar-akar yang menghiasi. setelah berjalan dan istirahat beberapa kali akhirnya kami sampai di Camp Area. Kami disini mendirikan tenda dan memasak mi dan membuat kopi. Sama halnya dengan pendakian saya di Gunung Sumbing, saya pun masih merasa kedinginan dan tidak bisa tidur.

Bendera PSHT di Gunung Prau
Bendera PSHT di Gunung Prau

Sunrise di Gunung Prau

Sudah menjadi rajasia umum bahwa salah satu pesona dari Gunung Prau adalah pemandangan sunrisenya. JIka cuaca sedang baik, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbinng akan terlihat sangat indah dari puncak Gunung Prau. Begitu pula saya, saya tidak ingin melewatkan kesempatan langka untuk bisa melihat sunrise tersebut. Beruntung, pagi hari cuacanya sedang cerah dan saya bisa menyaksikan keindahan sunrise di Gunung Prau dan melihat indahnya Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Selepas puas berfoto-foto, saya dan teman-teman kembali ke tenda untuk sarapan. Setelah agak siang, kami beres-beres dan bersiap untuk turun ke basecamp. Sekitar jam 9 kami turun dengan badan yang sudah capek dan pegal, apalagi Sandi yang saat mendaki kemarin membawa 2 tas haha.

Sunrise Gunung Prau
Sunrise Gunung Prau

Estimasi Biaya Mendaki Gunung Prau via Patak Banteng

Biaya yang saya keluarkan saat mendaki Gunung Prau via Patak Banteng adalah sebagai berikut:

  1. Bensin Rp.50.000,00 untuk PP Semarang-Dieng (dibagi 2 karena saya boncengan sama Sandi).
  2. Perbekalan Rp.70.000 untuk membeli mie instan, roti tawar, air mineral, susu sachet, kopi sachet, madu, snack(ini juga dibagi 2 sama Sandi).
  3. Biaya registrasi pendakian Gunung Prau via Patak Banteng sebesar Rp.10.000 per orang.
  4. Biaya parkir sepeda motor sebesar Rp.10.000
  5. Biaya lain-lain sebesar Rp.10.000.

Jika ditotal biaya yang saya keluarkan selama mendaki Gunung Prau via Patak Banteng tidak sampai Rp.100.000. Begitulah cerita saya mendaki Gunung Prau via Patak Banteng, salah satu gunung yang berkesan bagi saya. Terima kasih telah membaca tulisan yang semoga bisa bermanfaat ini, namun ini bukanlah rujukan utama dalam informasi pendakian Gunung Prau via Patak Banteng karena pasti ada informasi terbaru lainnya. Sehingga teman-teman tetap harus mengupdate informasi terbaru. Nantikan lagi cerita saya selanjutnya. Terimakasih.

Negeri atas awan, bersua dengan Dieng Culture Festival 2017

Sabtu siang, saya bersama rombongan dari kendal yang terdiri dari saya, Taufiq, Risa, Jaza, Anwar, Adit, Ony, Lukman berangkat menuju Dieng. Kira-kira kami memulai perjalanan jam 2 siang. Kali ini rute yang akan kami lalui adalah dari Kendal-Weleri-Candiroto-Kebun Teh Tambi-Dieng. Sepanjang jalan dari weleri menuju Candiroto jalannya selalu naik. Sampailah kami ke jalan masuk kebun teh Tambi. Kalo dari arah bawah ada tikungan ke kiri, kita ambil yang lurus, karena kalau kita belok ke kiri itu arah Parakan. Sepanjang jalan menuju Kebun Teh Tambi, banyak tanaman tembakau . Ya tidak heran saya, karena memang tembakau Temanggung memang sudah dikenal dunia dengan Tembakau Srintilnya. Saat itu sudah memasuki waktu Ashar jadi kami berhenti di sebuah masjid di pinggir jalan. Bagi kalian yang sering lewat sini tentu tahu masjid yang saya maksud, hehe.

istirahat Sholat di masjid arah Tambi

Sebenarnya ini pertama kali saya lewat jalur Tambi. Biasanya saya lewat jalur Wonoboyo-Kejajar. Nah setelah sholat kami melanjutkan perjalanan. Sampailah kami di gapura masuk Kebun teh Tambi. Kebun teh ini sudah masuk ke wilayah Wonosobo dan adalah salah satu Basecamp dari pendakian Gunung Sindoro. Oh iya, sebagian jalan disini agak rusak ya kawan jadi jangan kaget kalau lewat sini. Keluar dari Kebun Teh Tambi, kami memasuki Kejajar. Dan, kami berhenti di Indomaret untuk membeli logistik karena rencanaya kami akan ngecamp di Sikunir. Saat itu sudah agak sore dan ada kabut.

Setengah jam kemudian, kami sampai di gapura selamat datang Dieng Plateu. Saya melihat banyak sekali orang yang juga ingin menghadiri acara Dieng Culture Festival ini. kami berhenti sejenak buat berfoto, haha. Perjalanan dilanjut dan ketika kami di kawasan dieng terjadi kemacetan dan jalannya dibuat satu arah .

Sampailah kami di Sikunir. Jadi Sikunir itu masuk di kawasan Desa Sembungan, yang amsuk woilayah Wonosobo. Disana ada satu masjid agak besar dan banyak homestay kok jadi tenag saja bagi kalian yang gak punya tenda dan gak ingin ngecamp bisa sewa homestay. Eh tapi di Basecap Sikunir juga menyediakan penyewaan tenda dan perlengkapan lainnya. Berikut tiket masuknya adalah tiap orang 10 ribu dan parkir motor 5 ribu. Kemudian biaya pertenda adalah 10 ribu. Karena kami delapan orang jadi total biayanya adalah 120 ribu, yah lumayanlah. Kami sholat maghrib dan mendirikan tenda. Wah udara disana dingin banget, entah tapi berapa derajat celcius soalnya kan gak bawa termometer, wkwk.

Jam 9 malam kami keluar dari Sikunir untuk menuju ke acara Dieng Culture Festival. Antusias masyarakat sekitar dan para peserta sangat tinggi. Malam itu Dieng sedang berpesta. Kami melihat lampion yang banyak sekali. Sungguh indah pemandangan malam itu. Tak hanya lampion, ada hiburan musik juga. Tapi bukan jazz atas awan ya, karean jazz atas awan kan sudah kemarin pas malam sabtu. Seandainya saja kami tiba di Dieng sejak Jumat pasti nonton Jazz atas awan. Puas menimati lampion dari kejauhan, kami putuskan kembali ke Sikunir. Kami gak bisa mendekat, ya maklum kan bukan peserta resmi, hehehe jadi ya menikmati dari jauh saja sudah indah kok.

Jam 10 malam kami kembali ke Sikunir. Ah badan sudah capek karena gendong carrier dan mata sudah ngantuk ya jadi saya langsung tidur, hehe. Biarin lah temen saya Ony , Jaza, Adit gak tidur, saya pengen tidur kok. Malam itu saya tidur pulas sekali karena saya bawa SB Eiger yang manta pokoknya haha. Sekalipun tenda di pinggir saya sangat ramai saya tidak terganggu, malah si Risa yang gak bisa tidur katanya, haha. Kebetulan tenda sebelah saya adalah turis dari China. Entah mereka ngomong apa saya juga tidak tahu.Ya situasinya kayak dengar berita di Metro Xinwen haha.

Paginya sekitar jam 5 saya Taufiq dan Risa naik ke bukit Sikunir untuk melihat pemandangan Sunrise. Gak di Dieng gak di Sikunir, ramainya masyaallah. Niatnya pengen running eh gak jadi karena tangganya agak macet. Haha, saya terinspirasi sama runner ketika kami bertemnu di Gunung Lawu. Wah ternyata nafas saya ngos-ngosan kawan, wkwk. Maklum jarang olahraga.

Sunrise di Sikunir

Pemandangan yang akan kalian lihat di Sikunir adalah Golden Sunrise dan Gunung Sindoro yang sangat Indah. Tapi itu semua adalah jika kalian beruntung karena terkadang cuaca tidak medukung jadi kadang gak kelihatan Sunrisenya, hehe. Setelah puas berfoto, sekitar jam 9 pagi kami turun menuju tenda. Sat turun saya berjumpa dengan turis dari Singapore, dia sudah ibu-ibu tapi gak bisa bahasa Melayu nah jadilah saya mengunakan Bahasa Inggris seadanya, itung-itung mengamalkan ilmu hehe. Maklum lah agak kurang lancar, hehehe. Darri ceritanya, dia itu bersama teman yang dari Jakarta sudah dua hari di Dieng. Tak hanya turis dari Singapore, saya juga bertemu Pak Ganjar, itu lho Gubernur Jawa Tengah. Beliau bersama rombongan pesepeda. Just share info ya, Pak ganjar ini suka naik sepeda, ya sama lah kayak saya, wkwk. Tapi beliau suka naik roadbike dan saya mtb. Sampailah di tenda, dan kami masak mi rebus untuk sarapan.

Pak Ganjar Pranowo

Jam 10 setelah kami packing barang dan membersihkan sampaha kami meninggalkan Sikunir. Tak lupa kami juga berfoto dengan background telaga Cebongan. Saat memasuki kawasan acara Dieng Culture Festival, saya melihat masyarakat sekitar yang mulai berdatangan ke acar prosesi pemotongan rambut Gimbal. Ya jadi itu adalah hari terkahir acara Dieng Cultre Festival. Saya ingin sekali menonton prosesi tersebut, nnamun karena sorenya ada acra jadi terpaksa harus pulang siang itu juga. Ah mungkin ini adalah alasan bagi saya untuk kemballi ke Dieng Culture Festival tahun depan, haha. Ini adalah cerita pengalaman saya ketika di Dieng Culure Festival 2017. Semoga tahun depan masih diberi rezeki dan kesehatan agar bisa berjumpa dengan Dieng Culture Festival.

foto bersama
ikon Dieng