Cerita dibalik touring ke Jawa Timur
Selamat sore menjelang petang sahabat gaweanedolan, berjumpa lagi dengan saya lewat tulisan ini. Kali ini saya akan menuliskan sedikit cerita saya dan teman saya Ahsan yang melakukan touring dari Semarang ke Jombang, Blitar dan Pacitan. Waktu itu Kamis 14 Februari saya menyempatkan untuk mampir ke kostnya Ahsan dan bersantai disana. Berawal dari obrolan-obrolan ringan, Ahsan pun mengutarakan niatnya yang ingin melakukan ziarah ke Makam Gus Dur motoran alias touring. Yang menjadi masalah adalah dia bingung karena belum menemukan partner yang cocok yang bisa diajak untuk perjalanan jauh. Akhirnya dia pun berpikiran untuk mengajak saya.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, saya yang memang saat itu sedang tidak ada kegiatan yang terlalu padat pun menyanggupi ajakan tersebut. Kami putuskan untuk melakukan touring ini pada hari Senin tanggal 18 Februari 2019. Berhubung ini adalah touring pertama saya ke Jawa Timur, saya menyebutnya dengan Tour De East Java hehe. Touring ini kami lakukan selama 3 hari yakni mulai berangkat dari Semarang ke Jombang-Blitar-Pacitan dan kembali lagi ke Semarang. Oleh karena itu saya membagi tulisan ini menjadi tiga bagian. Bagian yang pertama adalah saat di Jombang, baiklah mari teman-teman simak cerita saya.
Tour De East Java: Days 1 (Jombang)
Senin jam 9 pagi diawali dengan bismillah tentunya, Ahsan menggeber motor untuk memulai touring ini. Sesuai rencana kami akan langsung menuju ke Jombang dengan jarak yang akan ditempuh adalah sekitar 273 km dengan waktu kira-kira 7 jam. Tak banyak persiapan yang kami lakukan, hanya kondisi motor yang fit dan perbekalan pakaian dan uang saku untuk membeli makan di perjalanan. Rute yang akan kami lalui dari Semarang menuju Jombang ini adalah Ngaliyan – Gunungpati – Ungaran – Salatiga- Suruh – Karanggede ( Boyolali ) – Gemolong (Sragen) – Ngawi – Madiun – Nganjuk – Jombang.

Jombang
Selama menuju Jombang tak banyak kendala yang kami alami, alhamdulillah kami bersyukur karena tidak ada masalah yang berarti. Memang sepanjang perjalanan hujan gerimis berganti dengan hujan ringan dan berganti lagi dengan hujan deras setia menemani motor yang kami naiki. Seingat saya kami sampai di Jombang sekira pukul 16.00 dan sempat berhenti untuk solat Asar di sebuah masjid pinggir jalan yang bernama salah satu Jendral di tanah air. Orang Jombang pasti tahu masjid ini. Hujan sudah berhenti, solat pun sudah namun karena seharian di jalan akhirnya perut saya menyerah dan saya ngomong ke Ahsan untuk mencari warung makan di dekat kota. Tercetuslah nama Warung Pecel Bu Djiyah salah satu warung pecel terkenal di Jombang.
Pecel Pincuk Bu Djiyah
Seperti namanya, warung makan Pecel Pincuk Bu Djiyah diambil dari nama pemiliknya Ibu Djiyah. Untuk teman-teman yang sedang berkunjung atau ada rencana ke Jombang saya sarankan untuk mencicipi Pecel Bu Djiyah ini. Banyak foto-footo tokoh terkenal yang pernah makan disini mulai dari artis, ulama, pejabat daerah, pejabat nasional dan sebagainya. Sebagai orang luar kota yang baru pertama kali ke Jombang, rasa pecel ini sudah termasuk istimewa bagi saya. Dengan harga yang ramah di kantong pecel ini cukup membuat kenyang. Mau tahu harganya seporsi berapa? Seporsi pecel Bu Djiyah seharga Rp.12.000 dengan isian nasi, serundeng, rempeyek, turi, kangkung, bayam dan sambal kacang. Teman-teman juga bisa menambah dengan lauk lainnya seperti ayam dan lain-lain. Kemudian untuk teh hangat seharga Rp.4.000. Perut sudah kenyang, kami melanjutkan untuk sholat maghrib di Masjid Agung Jombang.
ahsan dan pecel bu djiyah khafid dan pecel bu djiyah pecel bu djiyah jombang terdiri dari tri kacang srondeng sambel kacang rempeyek
Masjid Agung Jombang
Masjid Baitul Mukminin atau saya akan menyebutnya Masjid Agung Jombang ini berlokasi di Jl. KH. Ahmad Dahlan, No. 28 Jombatan, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Sama seperti masjid di Jawa pada umumnya, tak terlalu ada yang membedakan Masjid Agung Jombang dengan masjid-masjid di kota-kota lainnya. Seperti kita tahu bahwa kebanyakan masjid agung di Jawa terletak di sebelah barat alun-alun. Hal itupun saya jumpai di Masjid Agung Jombang ini. Selama 30 menit mungkin kami menghabiskan waktu di masjid ini dan melihat sebentar ke alun-alun yang cukup ramai oleh warga. Karena waktu yang kami miliki terbatas, saya tak terlalu banyak mengeksplor masjid dan alun-alun Jombang ini, mungkin di lain kesempatan saya akan berkunjung kembali ke Jombang. Beranjak dari alun-alun dan masjid kami segera menuju lokasi makam Gus Dur.

Kompleks Makam Gus Dur
Makam KH. Abdurrahman Wahid yang terkenal dengan panggilan Gus Dur berlokasi di Kompleks Pesantren Tebuireng yakni di Jalan Irian Jaya Tebuireng No.10, Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur 61471. Jika teman-teman pernah berziarah kesini pasti tahu, dan juga bagi teman-teman yang belum pernah kesini jangan khawatir karena aksesnya cukup mudah kok. Tiba di kompleks Makam Gus Dur kami sempatkan untuk beristirahat sejenak dan sembari melihat-lihat aneka souvenir yang dijajakan di jalan depan makam tersebut. Akhirnya saya kepincut dengan sebuah peci yang cukup menarik dan saya membelinya, tak berapa lama kemudian Ahsan pun ikut tertarik membeli. Harga peci disini bervariasi mulai dari Rp15.000-Rp50.000 sesuai dengan model, motif, kualitas dan jenisnya.

Ada hal yang cukup menarik manakala saya berkunjung ke Makam Gus Dur ini, memang benar apa yang saya dengar dari orang-orang bahwa makam Gus Dur ini tak pernah sepi dari peziarah. Meskipun saya kesana tidak saat ramai-ramainya tapi memang peziarah yang datang kesini tidak pernah sepi. Selesai berziarah mata saya tertarik melihat kaligrafi yang ada di dinding dan maket alias rencana pembangunan yang ada disini. Nampak bahwa memang pengelola disini ingin membangun sebuah kompleks terpadu mulai dari pondok pesantren tebuireng itu sendiri, kompleks makam Gus Dur, Universitas Tebuireng, dan Museum Islam Indonesia. Perlu teman-teman sekalian ketahui bahwa makam dari Gus Dur ini adalah satu kompleks dengan makam Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, ada pula makam keluarga yang lain namun saya tidak sempat mengetahui persis siapa saja yang dimakamkan disitu.

Bermalam di Tebuireng
Ziarah telah selesai dan malam sudah cukup larut, kami putuskan untuk nggembel alias bermalam di sebuah mushola kecil dekat penjual souvenir hehe. Segera saya mempersiapkan diri untuk tidur karena keesokan harinya kami harus pagi-pagi sekali untuk menuju Blitar. Pun demikian dengan Ahsan yang nampak segera tidur untuk mempersiapkan hari esok. Terimakasih Jombang, terimakasih Gus Dur. Alfatihah.
Baca juga: Ziarah Makam Soekarno di Blitar